Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Ihram merupakan rukun Haji yang pertama yakni berniat untuk melaksanakan ibadah Haji, niat tentu menjadi hal yang sangat penting dalam upaya menunaikan ibadah satu ini.
Perlu diketahui, ihram adalah niat untuk memasuki aktivitas melaksanakan ibadah Haji atau Umrah pada waktu dan cara tertentu.
Dikutip dari buku Prof Quraish Shihab berjudul 'Haji dan Umroh berdama M Quraish Shihab', ini berarti mengharamkan kegiatan yang sebelumnya boleh dilakukan, baik bagi laki-laki, perempuan, maupun keduanya.
Baca juga: 1.575 Jemaah Haji dari Maktab 66 Akan Laksanakan Ibadah Tarwiyah
"Dengan berihram, yakni berniat untuk melaksanakan Haji, menjadi haramlah dari sekian banyak kegistan yang sebelumnya boleh," kata Prof Quraish Shihab.
Konsultan Ibadah Haji KH Imam Khoiri pun menyampaikan imbauannya untuk para jemaah Haji saat berihram di tanah suci dalam penyelenggaraan ibadah Haji 1444 Hijriah/2023 Masehi.
Ia menjelaskan bahwa saat telah berada di Arafah, semua jemaah Haji tentu berstatus ihram.
Bagi jemaah Haji Tamattu atau jemaah yang mendahulkan umrah sebelum ibadah Haji, pada 8 Dzulhijjah akan melaksanakan ihram di hotel masing-masing.
Lalu mereka akan berangkat menuju Arafah.
Baca juga: Banyak Dialami Jemaah Haji, Apa Itu Demensia?
"Selama di Arafah, ini jemaah Haji kita kan berstatus ihram ya, jadi tanggal 8, bagi Haji Tamattu melaksanakan ihram Haji di hotelnya masing-masing, kemudian berangkat ke Arafah," kata Imam, di Makkah, Arab Saudi, Selasa (20/6/2023).
Sedangkan bagi jemaah Haji yang menjalankan ibadah Haji terlebih dahulu sebelum Umrah (Ifrad) dan jemaah yang menyatukan niat Haji dan Umrah secara bersamaan (Qiran), status mereka ihram sejak keberangkatan di miqat masing-masing.
Miqat dalam ibadah Hai dan Umrah merupakan waktu yang dianggap sah untuk melakukan ibadah Haji serta tempat untuk memulai ihram pada ibadah Haji dan Umrah.
"Kalau gelombang 1 berarti sejak dari (Masjid) Bir Ali atau Dzulhulaifah, kalau gelombang kedua dia bisa dari embarkasi atau pesawat," jelas Imam.
Sehingga seluruh jemaah Haji pada 8 dan 9 Dzulhijjah, semuanya dalam keadaan ihram.
"Maka berlaku semua larangan-larangan ihram, baik yang bersifat khusus bagi laki-laki, khusus bagi perempuan, maupun yang berlaku untuk kedua-duanya," tegas Imam.
Aktivitas yang sebelumnya dibolehkan atau halal, kemudian menjadi terlarang atau haram karena jemaah sedang ihram.
Mulai dari aktivitas bercukur, memakai wewangian, dan banyak larangan lainnya yang telah dijelaskan rinci oleh para ulama.
Ini merupakan bagian dari penghormatan terhadap ibadah Haji maupun Umrah yang dilaksanakan seseorang.
Baca juga: Tinjau Fasilitas Jemaah Haji di Arafah, Menteri Agama Merasa Puas Sesuai dengan Kesepakatan
"Nah secara umum ini sudah dipahami oleh jemaah bahwa selama dia mengenakan ihram, berlaku larangan ihram," papar Imam.
Ia pun mengimbau para jemaah untuk tidak keluar dari tenda mereka selama berada di Arafah, jika memang tidak ada hal yang wajib dilakukan.
"Secara khusus, imbauan yang kita sampaikan kepada jemaah selama berada di Arafah, dimohon untuk tidak keluar tenda, kecuali memang ada keperluan yang harus dilakukan," tutur Imam.
Hal itu karena suhu udara yang panas menyengat dan berpotensi mempengaruhi kondisi kesehatan para jemaah selam puncak Haji.
"Karena suasananya dalam keadaan panas dan (jemaah) berisiko mengalami gangguan kesehatan," kata Imam.
Imam kemudian menyampaikan bahwa saat sedang melakukan wukuf pun, jemaah tidak diminta untuk naik ke Jabal Rahmah.
"Ketika sedang wukuf, ini juga tidak dituntunkan untuk naik ke Jabal Rahmah. Karena tidak ada tuntunan dan landasan yang mensunnahkan jemaah Haji untuk naik ke Jabal Rahmah," jelas Imam.
Ia pun menceritakan kisah Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang menjalani wukuf di lembah di bawah Jabal Rahmah.
"Dulu di zaman Rasulullah pun, Rasul wukufnya tidak di atas Jabal Rahmah, tapi dulu berada di lembah di bawahnya Jabal Rahmah. Sehingga jemaah ini kita imbau untuk tidak keluar (tenda) apalagi naik ke Jabal rahmah, nanti berisiko secara kesehatan," tegas Imam.
Ia pun berharap para jemaah ini tetap berada di tenda masing-masing
"Nah kita berharap seluruh jemaah bisa konsentrasi berada di tendanya masing-masing, kemudian melaksanakan ibadah," jelas Imam.
Ia pun menuturkan bahwa pada 9 Dzulhijjah, tepat nya pada ba'da Dzuhur hingga Maghrib merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa hingga memohon ampun kepada Allah SWT.
Karena doa yang dipanjatkan ada rentang waktu tersebut dianggap akan mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
"Apalagi saat wukuf tanggal 9 (Dzulhijjah) lewat ba'da dzuhur sampai maghrib, itu waktu mustajab. Maka digunakan sebaik-baiknya untuk berdoa, beristighfar, kemudian mohon ampun kepada Allah, karena Rasul dulu wukuf itu 6 jam sampai maghrib," pungkas Imam.