Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ARAFAH - Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Arab Saudi mengungkapkan bahwa tempat suci Arafah dan Muzdalifah mencatat suhu tertinggi di negara itu yakni 45 derajat Celcius pada Kamis (22/6/2023) kemarin.
Seperti yang disampaikan saat meninjau perkiraan suhu di wilayah Saudi pada Kamis kemarin, termasuk Makkah, Madinah dan tempat suci lainnya.
Baca juga: Suhu di Arab Capai 46 Celsius, Jemaah Haji Diimbau Tetap Pakai Alas Kaki di Pelataran Masjid Nabawi
"Makkah, Madinah dan tempat suci Mina diperkirakan mengalami suhu maksimum 44 derajat Celcius," kata NCM.
Sementara itu kota selatan Abha mencatat suhu terendah di Kerajaan Saudi yakni pada angka 17 derajat Celcius.
Dikutip dari laman saudigazette.com.sa, Jumat (23/6/2023), NCM telah meramalkan kondisi cuaca di kota suci Makkah dan Madinah selama musim Haji mendatang.
Baca juga: Ibadah Haji Saat Musim Panas, Suhu di Arab Saudi Diprediksi Capai 50 Derajat Celsius
Suhu di Makkah disebut akan relatif panas dan kering pada siang hari dan sedang pada malam hari.
Terkait suhu maksimum di Makkah, berkisar antara 43,6 hingga 45 derajat Celcius dan suhu minimum mencapai 29,6 derajat Celcius.
Sedangkan untuk Madinah, NCM memperkirakan suhu maksimal di kota itu saat musim Haji mencapai 43 derajat Celcius dan minimal 29,3 derajat Celcius.
Saat Suhu Panas, 220 Ribu Jemaah Haji Indonesia Akan Jalan Kaki 6 -14 Km dari Mina ke Jamarat
Amirul Hajj Indonesia Yahya Cholil Qoumas (48) memohon doa keselamatan pada jemaah juga petugas haji saat puncak ibadah haji bisa dilalui, mengingat di Arab suhunya cukup panas.
"Mohon doakan jemaah dan petugas haji kita. Semoga puncak musim haji ini jadi musim panas yang hangat," ucap Yahya Cholil Qoumas ini saat menutup sesi wawancara dengan puluhan jurnalis MCH di kantor misi haji Indonesia daerah kerja (daker) Mekkah, Arab Saudi, Senin (19/7/2023) malam lalu.
Harapan menteri agama itu mengingat ada sekitar 69 ribu (30 persen) dari 229 ribu total jemaah calon haji Indonesia, masuk kategori lanjut usia (lansia), 65 tahun ke atas.
Kurang dari sepekan, tepatnya Rabu (27/6/2023), seluruh jemaah haji termasuuk Indonesia bersama 4 ribu petugas haji (kemenag dan kemenkes) akan menunaikan empat rangkaian puncak ibadah haji; wuquf di Arafah, mabit di Mina dan Musdalifah, serta melempar di jamarat.
Kepala Bidang Perlindungan Jamaah (linjam) PPIH Arab Saudi, Harun Al Rasyid, sejatinya prosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina akan selesai dalam hitungan jam.
Namun, karena kepadatan arus di jalur jamarat, dan bersamaan 2,8 juta jamaah dari 80-an negara, prosesinya lebih banyak habis di jalan.
Dari hasil simulasi dan orientasi petugas PPIH dari Madinah dan Bandara, kemarin, juga terungkap di rute jalan kaki dari tenda di Mina ke Jamarat masih menjadi titik paling rawan bagi jemaah haji.
Di Mina, jemaah haji harus berjalan kaki dari perkemahan untuk menuju ke Jamarat, tempat melempar jumrah aqabah awal.
Jarak antara tenda perkemahan dengan jamarat sekitar 3-5 km. Jemaah harus menempuh perjalanan pulang pergi.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, level siaga kesehatan dan keselamatan jamaah naik ke status II hingga I.
Di jalur dan periode ini juga jadi momen paling menegangkan bagi unit kesehatan haji.
Momen ini sekaligus mengkonfirmasi haji itu bukan ibadah psikis mahda belaka, melainkan ibadah fisik yang membutuhkan tenaga ekstra.
Grafik jemaah kelelahan, dirawat dan wafat, akan naik tiga hingga lima kali lipat dari periode sebelum puncak haji.
"Ingat ini masa paling krusial dan puncak tugas kita. Satgas Mina domain rekan-rekan yang ada Daker Madinah dan lokasi Mina yang kami jelaskan tadi malam, ini lah lokasi yang sebenarnya," kata Harun dalam apel pengarahan pemetaan 400 petugas di lokasi maktab-maktab jemaah haji Mina-Musdalifah pagi hingga jelang siang.
Selain siaga kedaruratan kesehatan, periode Masyaair ini jugalah indeks jumlah jamaah tersesat dan disorientasi akan naik hingga level tiga hingga empat digit.