News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ibadah Haji 2024

Pemerintahan Prabowo Diharapkan Mampu Melobi Arab Saudi untuk Tambahan Kuota 20.000 Jemaah

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj berharap Pemerintahan Prabowo-Gibran mampu melobi Pemerintah Arab Saudi terkait penambahan kuota haji. Foto umat Muslim berkumpul di sekitar Ka'bah, tempat suci umat Islam, di Masjidil Haram di kota suci Mekah Arab Saudi pada 4 Juni 2024 saat jamaah tiba menjelang ibadah haji tahunan. (Photo by Abdel Ghani BASHIR / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj berharap Pemerintahan Prabowo-Gibran mampu melobi Pemerintah Arab Saudi terkait penambahan kuota haji.

Mustolih mengungkapkan dalam dua tahun terakhir, Presiden Joko Widodo mampu mendapatkan tambahan kuota hingga 20.000 dari Pemerintah Arab Saudi.

Baca juga: Hadiri Muktamar Perhajian di Arab Saudi, Menag: Prinsipnya Ibadah Haji Itu Mudah

"Saya kira, makanya ini tantangan untuk Presiden Prabowo yang akan dilantik beberapa bulan lagi dan mas Gibran, tantangannya adalah kalau Pak Jokowi bisa berhasil melobi 10.000 tahun lalu tambahan kuota, sekarang 20.000," ujar Mustolih dalam webinar FMB9, Senin (10/6/2024).

Menurut Mustolih, Prabowo-Gibran harus mampu mendapatkan tambahan kuota dua kali lipat dibandingkan Jokowi.

Langkah ini dilakukan untuk memperpendek masa tunggu Jemaah haji Indonesia.

"Saya kira presiden yang akan datang Pak Prabowo dan Mas Gibran segera barangkali bisa punya motivasi harus dua kali lipat minimal dari Pak Jokowi," ucap Mustolih.

Dia mengungkapkan saat ini antrean haji Jemaah Indonesia paling lama mencapai 48 tahun.

Baca juga: Area di Muzdalifah Terbatas, Skema Murur Pertimbangkan Keamanan Jemaah Haji

Meski begitu, Mustolih mengatakan antrean jemaah haji Indonesia lebih cepat dibandingkan negara tetangga, Malaysia.

"Memang kuota menjadi persoalan. Kita masih beruntung antrean ini rerata 18 tahun sampai 48 tahun. Dibandingkan Malaysia 98 tahun antreannya," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini