TRIBUNNEWS.COM - Anggota Tim Pengawas Haji dan Anggota Komisi VIII DPR RI Wisnu Wijaya Adiputra membeberkan nasib beberapa jemaah haji plus asal Jakarta.
Menurut Wisnu, rombongan jemaah haji tersebut tidak memperoleh fasilitas bus dan tenda ketika wukuf di Arafah atau saat mabit di Mina.
Bahkan rombongan itu sempat tidak mendapatkan jatah makan, sehingga mereka harus mengais sisa makanan dari jemaah lainnya.
Kepada Wisnu, seorang jemaah juga mengeluhkan tak mendapatkan tenda di Mina sesuai dengan kesepakatan dengan biro travel.
“Mereka tidak memperoleh fasilitas bus dan tidak mendapatkan tenda ketika wukuf di Arafah maupun saat mabit di Mina,” kata Wisnu dilansir Kompas.com, Jumat (21/6/2024).
Imbas tak mendapatkan fasilitas bus, rombongan jemaah haji itu harus melakukan perjalanan pulang pergi dari Mina ke Aziziyah selama dua malam.
“Tak hanya terbengkalai di Mina, di Arafah pun mereka terlunta-lunta. Pihak biro tidak menyewakan bus resmi maktab untuk mereka seperti yang dijanjikan,” terang Wisnu.
Lebih lanjut Wisnu mengungkap keluhan jemaah haji plus yang kelelahan karena tak diberi kejelasan tenda di Arafah oleh Biro Travel.
Mereka juga harus berjalan berputar-putar sejauh 12 kilometer di bawah suhu 46 derajat.
Akibatnya mereka pun melewatkan momen waktu wukuf di Arafah dan tidak bisa mabit di Muzdalifah.
Atas berbagai keluhan tersebut, Wisnu menyebut akan berkoordinasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
Baca juga: Viral Jenazah Haji Terlantar di Pinggir Jalan Mina, Kemenag Pastikan Bukan Jemaah Indonesia
Wisnu juga mendesak Kementerian Agama (Kemenag) untuk bisa bersikap tegas dalam menindak biro travel yang nakal.
Bila perlu mencabut izin biro travel haji dan umrah yang memperlakukan jemaah dengan semena-mena.
“Kemenag harus bertindak tegas dengan mencabut izin operasional biro-biro haji, umrah yang nakal,” tegas Wisnu.
193 Jemaah Haji Wafat di Tanah Suci, Paling Banyak karena Jantung yang Dipicu oleh Kelelahan
Sistem pengelolaan data dan informasi penyelenggaraan ibadah haji (Siskohat) melaporkan sebanyak 193 jemaah haji Indonesia meninggal dunia Tanah Suci.
Data terakhir 193 jemaah ini tercatat di Siskohat pada Kamis (20/6/2024) dinihari.
Dari sebaran usia, sebagian besar jamaah yang wafat dilaporkan termasuk dalam kategori risiko tinggi.
Lokasi wafat para jemaah tersebut tersebar di Makkah, Madinah, Arafah, Mina, dan Jeddah.
Baca juga: Nilai Pansus Haji Belum Perlu, Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto Anggap Terlalu Politis
Jumlah jemaah haji yang meninggal dari data tersebut terjadi saat fase Armuzna atau saat puncak haji.
Karmijono, Kepala Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mina menyebutkan kelelahan, dehidrasi hingga heatstroke menjadi pemicu rata-rata jemaah haji yang meninggal.
Layanan pos kesehatan di Mina mencatat banyak merawat jemaah yang sakit karena dehidrasi usai kelelahan.
Fase ibadah haji di Armuzna yang menguras energi. Mulai Wukuf di Arafah, kemudian mabit di Muzdalifah hingga ke Mina dan dilanjutkan lempar jumrah di Jamarot.
Baca juga: Indonesia Dapat 221 Ribu Kuota Haji untuk Keberangkatan Tahun 2025, Ini Kata Menag
Apalagi saat melempar jumrah di Jamarat. Banyak jemaah yang masih memaksakan diri melempar jumrah saat siang hari ketika terik matahari menyengat.
"Jadi pemicunya itu penyakit jantung hipertensi dan paru. Ini awalnya dari kelelahan, dehidrasi lalu heatstroke. Jemaah merasakan kelelahan itu usai melontar jumrah yang jamnya saya tak tahu juga mengapa memilih pada siang hari, yang biasanya sore hari. Ini sangat menguras energi," kata Karmijono ditemui di KKHI, Rabu (19/6/2024) dinihari.
Ia mencontohkan ada 2 pasien yang di KKHI yang wafat karena serangan jantung dari kelelahan dan dehidrasi.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Anita K Wardhani)(Kompas.com/Tatang Guritno)