TRIBUNNEWS.COM - Pesawat tempur dan rudal menyerang Libya. Pesawat-pesawat tempur Barat
membomi target-target sipil di ibu kota Libya, Tripoli, menurut saluran
TV satelit Al Jamahiriya Libya Sabtu.
Media Libya lainnya melaporkan bahwa gudang-gudang minyak di dekat kota Misrata dibombardir. "Seluruh wilayah itu dalam bahaya kebakaran," kata Kantor Berita Libya Jana.
Pada
Kamis Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi tentang Libya. Paris telah
mengambil peran utama dalam mengkoordinasikan tanggapan dunia untuk
pergolakan di Libya itu.
Semua militer AS, Inggris dan Prancis melancarkan serangan terhadap diktator Libya Muamar Gaddafi. Sekitar 20 Rafale Prancis dan pesawat tempur Mirage dikirim untuk berpatroli di langit kota Benghazi.
Sejak awal serangan, penerbangan Prancis
telah menghancurkan empat tank pemerintah Libya di lingkungan kota
pemberontak. Pasukan Inggris dalam tindakannya terhadap Libya, telah
dikonfirmasi oleh Perdana Menteri David Cameron.
Berbicara setelah pertemuan darurat Cobra, Cameron mengatakan, tindakan yang diambil oleh pasukan internasional adalah "perlu, sah dan berhak". "Gaddafi telah membuat hal ini terjadi."
Sebuah kapal perang AS telah menembakkan
lebih dari 100 rudal jelajah Tomahawk di lokasi pertahanan udara
Gaddafi, kata Laksamana AS William Gortney. Operasi AS bernama "Odyssey
Fajar".
Negara-negara termasuk Kanada, Denmark, Spanyol dan Norwegia telah mengirim jet-jet mereka ke Libya, sementara Italia mengatakan akan mengizinkan penggunaan pangkalan udaranya seperti Sigonella di Sisilia dan Aviano di utara untuk memulai serangan.
Sementara itu Ketua
parlemen Libya, Abul Qasim al-Zuai, mengutuk serangan udara Barat
terhadap negaranya tersebut sebagai aksi "agresi biadab" setelah Tripoli
mengumumkan gencatan senjata dalam perangnya terhadap oposisi
bersenjata di bagian timur negara itu.
"Negara-negara Barat telah
melakukan serangan udara di beberapa tempat di Tripoli dan Misrata, yang
menimbulkan kerusakan sangat besar pada infrastruktur sipil dan
lainnya," katanya pada konferensi pers di Tripoli.
Dia menjelaskan
sejumlah besar warga sipil terluka akibat serangan negara-negara Barat
itu, sehingga korban memenuhi rumah sakit-rumah sakit.