Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andri Malau
TRIBUNNEWS.COM, WASHINTON - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mencoba menenangkan kegeraman, dan kegalauan masyarakat Amerika atas konflik Libya. Obama menyebut, peran AS dalam konflik Libya terbatas. Apalagi, pasukan AS yang memimpin serangan pertama udara, kini akan menyerahkan tongkat komando ke Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"NATO akan mengambil alih komando operasi seluruh Libya pada Rabu (29/3/2011)," ujar Obama dihadapan parlemen dan rakyat AS seperti dikabarkan AP dan CNN.
Obama mengemukakan, intervensi Amerika bukan untuk mengobarkan bara peperangan. Sebaliknya, hal itu dilakukan untuk melindungi warga sipil Libya. Pasukan koalisi barat telah menyelamatkan banyak jiwa dari ancaman pasukan Kolonel Moammar Khadafy, yang disebutnya sebagai sosok yang kejam.
Obama menyebut bila dunia internasional tidak turun tangan, maka nurani akan ternoda karena membiarkan aksi pembunuhan terhadap warga sipil di Libya.
"Beberapa negara mungkin dapat menutup mata terhadap kekejaman di negara-negara lain. Amerika Serikat berbeda," kata Obama
Obama mengaku, dengan kuasa di tangan tiada waktu untuk sekedar menonton pembantaian dan kuburan massal warga Libya.
"Dan sebagai presiden, saya menolak untuk menunggu dan menonton kenyataan pembantaian dan kuburan massal sebelum mengambil tindakan," ujarnya seraya menegaskan, Amerika tidak perlu takut untuk menyelamatkan masyarakat dari amuk pasukan pro Khadafy.
"Kita tidak perlu takut untuk bertindak," imbuhnya.
Setelah dinanti-nanti, Obama pada Senin malam (28/3/2011) menyampaikan pernyataan resmi pertama, menyangkut misi di Libya. Obama menjawab kekhawatiran masyarakat. Apalagi, dalam jajak pendapat hanya 47 persen masyarakat AS yang menganggap aksi ke Libya merupakan tindakan yang tepat. Sementara sekitar 36 persen percaya tindakan itu salah dan 17 persen mengatakan tidak tahu.
Obama: Peran AS Pindah Tangan ke NATO Rabu Besok
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Ade Mayasanto
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger