TRIBUNNEWS.COM, TRIPOLI - Pemimpin Libya, Muammar al-Gaddafi diyakini telah terluka dan melarikan
diri dari Tripoli. Hal ini dikemukakan Menteri Luar Negeri Italia Franco
Frattini pada hari Jumat (13/5/2011).
Dia yakin Muammar al-Gaddafi telah melarikan diri Tripoli. "Bahwa
laporan-laporan menyebutkan pemimpin Libya telah terluka selama
konflik."
"Saya cenderung berpikir bahwa Gaddafi sangat mungkin di luar Tripoli
dan mungkin juga terluka. Tapi kita tidak tahu di mana dia," tegas
Frattini, dikutip dari AFP.
Frattini juga meragukan keandalan gambar televisi yang menunjukkan Gaddafi di televisi negara awal pekan ini.
"Saya memiliki banyak keraguan bahwa gambar tersebut diambil hari itu," ungkapnya.
Frattini mengatakan tekanan internasional yang menyebabkan disintegrasi rezim dari dalam. Dia menambahkan bahwa depot senjata telah diserbu oleh pasukan pemberontak di pinggiran ibukota dalam beberapa waktu terakhir.
"Kami punya, melihat beberapa bendera pemberontak berkibar ... di Tripoli timur, "katanya.
Tekanan internasional tampaknya telah memicu keputusan Gaddafi untuk mencari perlindungan di tempat yang lebih aman.
Ditanya tentang kapan konflik bisa berakhir, ia menjawab: "Saya tidak
berpikir ini akan panjang... Saat kuncinya tuntutan resmi terhadap
Gaddafi di Mahkamah Pidana Internasional dalam beberapa minggu dan
kemungkinan pada akhir Mei."
Sementara itu, Jaksa ICC Luis Moreno-Ocampo juga pada hari Jumat
mengatakan ia akan mengeluarkan surat perintah penangkapan pada hari
Senin pekan depan untuk tiga orang yang dianggap paling bertanggung
jawab atas kejahatan kemanusiaan di Libya. Salah satunya diyakini
Gaddafi.
Terkait kabar soal Khadafi, juru bicara pemerintah Libya, Mussa Ibrahim, langsung membatah. "Itu omong kosong," kata Ibrahim di Tripoli. "Pemimpin dalam kondisi moral tinggi. Dia dalam kondisi mental yang baik. Dia memimpin negara ini dari hari ke hari. Dia sama sekali tidak terluka."
Tentang bantahan Libya itu, Frattini mengatakan, ia masih percaya apa kata Martinelli. Dalam sebuah wawancara terpisah yang dipublikasikan di website harian Corriere della Sera, Frattini juga mengatakan, ia tidak percaya pada cuplikan tayangan TV Libya yang memperlihatkan Khadafy bertemu dengan para pemimpin suku, Rabu. Menurut dia, tayangan itu tidak otentik. "Saya sangat meragukan bahwa gambar tersebut diambil pada hari itu dan di Tripoli," kata Frattini. "Ada banyak orang di lapangan yang merasakan denyut nadi dari situasi ... Di antara banyak orang itu, saya merujuk Uskup Martinelli, yang telah, dan masih memiliki, hubungan erat dengan rezim itu," katanya.
Dia menambahkan, "Tekanan internasional kemungkinan telah menyebabkan Khadafy memutuskan untuk mencari perlindungan di lokasi yang aman. Saya cenderung berpikir bahwa ia melarikan diri dari Tripoli, bukan dari Libya."
Sementara itu, seorang pejabat di pusat operasi NATO di Naples menegaskan kembali sikap NATO bahwa badan itu tidak menargetkan individu dalam serangan bomnya yang menghantam ibukota Libya. NATO juga mengatakan, tidak harus mengkonfirmasi komentar Frattini. "Kami tidak dapat memverifikasi karena kami (memang) tidak melacak gerakan Khadafy," kata pejabat itu. "Kami tidak punya kekuatan di darat."
Dihubungi dari Roma, kantor Martinelli mengatakan, uskup itu telah meninggalkan Tripoli menuju Tunis. Uskup itu sendiri tidak dapat dikontak. Sebagai pejabat tinggi Vatikan di Tripoli, Martinelli berada dalam kontak erat dengan orang dekat Khadafy. Uskup asal Italia itu bergabung dengan seorang ulama Muslim dalam mendoakan mayat putra bungsu Khadafy dan tiga cucunya yang tewas dalam serangan udara NATO pada tanggal 30 April. Sejak dimulainya operasi NATO, Martinelli telah sangat vokal dan kritis terhadap serangan militer itu. Ia mengatakan, banyak warga sipil telah tewas. (afp)
Khadafi Kena Bom NATO?
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger