Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Berbicara mengenai Yakuza dan politik, ternyata sangat berbeda jauh masa lalu dan masa kini. Apabila dulu yakuza masih berjiwa ksatria, masih punya rasa kemanusiaan yang cukup tinggi, bahkan sejarah menuliskan ada samurai (ksatria) yang masuk ke dalam kelompok Yakuza. Namun kini yang namanya Yakuza rasa kemanusiaannya sudah tipis sekali, hanya uang yang ada di otak mereka, serta langsung melakukan kekerasan dilakukan tanpa basa-basi. Bahkan sangat mengganggu masyarakat sekeliling, sehingga di Fukuoka benar-benar masyarakatnya "perang" dengan Yakuza saat ini.
Karena citra yang ksatria itulah, seorang menteri perhubungan Jepang, yang ternyata kakek mantan PM Jepang Junichiro Koizumi, yaitu Matajiro Koizumi (kelahiran Kanazawa-ku, Yokohama, 10 Juni 1865), badannya penuh tato. Saat itu apabila bertato dianggap ksatria, keren. Masyarakat menjuluki dia sebagai Menteri Tato (irezumi daijin).
Pada saat usia 30 tahun dia menikahi seorang Geisha bernama Nao Ayabe. Koizumi pun anggota Inagawa-kai, salah satu dari tiga besar kelompok yakuza di Jepang di samping Yamaguchi-gumi dan Sumiyoshi-kai.
Koizumi bergabung dengan partai reformis, Rikkenkaishinto tahun 1887, delapan tahun sebelum menikah. Partai yang dimasuki masih lebih kecil daripada partai liberal (LDP). Belakangan bergabung dengan LDP. Cucunya, Junichiro Koizumi, yang juga dari LDP saat menjadi PM Jepang tahun 2001-2006.
Tahun 1907 Matajiro terpilih menjadi anggota dan akhirnya ketua parlemen daerah Yokosuka. Matajiro terpilih 12 kali menjadi anggota parlemen. Menghabiskan 38 tahun hidup di dunia politik dan parlemen. Begitu bersemangatnya sebagai politisi dan sebelumnya juga Matajiro di mana pun bekerja dihormati dan memiliki jiwa kepemimpinan yang besar sehingga seringkali menjadi pemimpin buruh di berbagai tempat dia bekerja di masa lalunya. Tahun 1924 menjadi Wakil Ketua DPR.
Tahun 1929 menjadi menteri perhubungan dalam kabinet Hamaguchi dan kabinet Wakatsuki kedua. Meskipun demikian sebelum menjadi menteri dia sempat mau menolak karena merasa tidak pantas.
"Terima kasih tawaran dengan jabatan sangat terhormat, tapi saya sama sekali tak terpikir untuk menjadi menteri. Tanggungjawab sangat berat dan saya pikir kabinet mungkin sebenarnya tak membutuhkan saya. Jadi kalau saya tidak bisa bekerja baik, bisa susah semua. Karena itu saya menjadi Hikozaemon Okubo, lalu kalau berbuat buruk saya akan segera mengundurkan diri daripada ditulis macam-macam oleh wartawan," paparnya.
Hikozaemon Okubo adalah samurai, pengabdi shogun Tokugawa yang berjiwa pembaharuan serta eksentrik.
Matajiro memang sangat dekat dan pintar berkomunikasi dengan wartawan. Hal ini menitis pula kepada cucunya, Junichiro Koizumi saat berkuasa, sangat pintar berkomunikasi dengan wartawan sehingga membuat popularitas dia menjadi sangat tinggi bahkan setelah terpilih menjadi PM Jepang 2001, malahan popularitasnya sempat menjadi semakin tinggi lagi dengan dukungan sekitar 70 persen dari masyarakat. Dukungan tertinggi masyarakat Jepang sebagai PM Jepang dalam 20 tahun terakhir ini.
Koizumi memang seorang politisi yang hebat, tetapi selalu berusaha merendah, serta memiliki wawasan luas serta mudah bergaul dengan siapa pun. Karena itu saat meninggal tanggal 24 September 1951 dalam usia 86 tahun, banyak yang merasa kehilangan, sangat berduka cita, termasuk perawat Inggris, karena Matajiro disenangi banyak orang dari semua kalangan. Walaupun orang besar, pernah menjadi menteri, dia tetap sadar bahwa dirinya berasal dari orang yang tak punya apa-apa asal mulanya. Demikian pula meskipun menjadi anggota yakuza, Matajiro selalu memikirkan banyak orang, memikirkan masyarakat untuk memajukan negara Jepang. Info yakuza klik di sini.