News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sabah Berdarah

Pemerintah Filipina dan Kesultanan Sulu Dialog dengan Malaysia

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi malaysia memeriksa pria yang ditahan di dekat Tanduo, Sabah.

TRIBUNNEWS.COM, KOTA QUEZON - Setelah berlangsung empat pekan, penyelesaian konflik berdarah di Sabah mendapat titik terang, Selasa (12/3/2013).

Pemerintah Filipina dan Kesultanan Sulu duduk bersama di Kantor Kementerian Dalam Negeri Filipina, untuk membahas perjanjian damai para pengikut bersenjata Sultan Sulu Jamalul Kiram III dari Sabah, dengan Pemerintah Malaysia.

Pertemuan dihadiri Sekretaris Dalam Negeri Filipina Mar Roxas sebagai perwakilan Pemerintah Filipina, dan Sultan Bantilan Esmail Kiram II sebagai pihak perwakilan Kesultanan Sulu. Pertemuan berlangsung tertutup di Kantor Roxas, Camp Crame, Kota Quezon.

Ini kali pertama pertemuan antara Pemerintah Filipina dengan Kesultanan Sulu digelar, sejak konflik antara kedua belah pihak terjadi. Baik Roxas maupun Esmail, menolak mengungkapkan apa yang didiskusikan dalam pertemuan itu. Namun, keduanya menyatakan puas atas dialog yang sudah berlangsung.

Roxas menuturkan, Pemerintah Malaysia tidak akan menghentikan operasi militer, kecuali para pengikut Sultan Sulu meletakkan senjata mereka.

"Mereka (pengikut Kesultanan Sulu) bertanya tentang proses dan mekanismenya. Itulah salah satu hal yang mereka tanya," kata Roxas seperti dikutirp Tribunnews.com dari Asiaone.com.

Ketika ditanya apakah itu berarti Kesultanan Sulu menyatakan takluk terhadap pasukan keamanan Malaysia, Roxas menolak mengomentariya.

"Kami tidak harus menggunakan istilah yang kuat seperti itu saat ini," ujarnya.

Sementara, Esmail menyatakan, dalam pertemuan itu pihaknya mencoba mencari cara untuk menyelesaikan konflik di Sabah.

"Pertemuan kami hanya untuk menemukan cara dan sarana untuk menyelesaikan masalah di Sabah," jelas Esmail.

"Kami puas dengan apa yang telah kami bahas (dengan Roxas), tapi kami harus menunggu Presiden (Aquino) setelah Sekretaris Roxas memberitahu dia tentang pertemuan kami," papar Esmail.

Konflik berdarah Sabah dimulai ketika saudara kandung Jamalul, Agbimuddin Kiram dan pengikutnya yang berasal dari Filipina, menginvasi Desa Tanduao di Lahad Datu, Sabah, Malaysia, 12 Februari 2013.

Sejak itu, mereka terlibat kontak senjata dengan pasukan keamanan Malaysia, yang berusaha menjaga kedaulatan negara mereka. Pertempuran sudah menewaskan 53 pengikut Kesultanan Sulu, sedangkan korban tewas di pihak pasukan keamanan Malaysia mencapai delapan orang. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini