TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Mahasiswa Sumatera Utara (Sumut) di Mesir belum terpengaruh konflik berdarah, yang menewaskan ratusan pendukung presiden terguling, Muhammad Mursi.
Anggota DPRD Sumut M Nuh yang dua anaknya sedang kuliah di Kairo, mengaku belum berencana menjemput atau memulangkan mereka ke Indonesia.
"Tadi pagi saya baru menelepon mereka. Tidak ada masalah. Konflik memanas hanya antara pendukung Mursi dan pendukung kudeta. Sementara, di tingkat masyarakat biasa, tampaknya cenderung damai, masih bisa beraktivitas," katanya saat dihubungi via seluler, Minggu (28/7/2013) malam.
Setidaknya, lebih 100 orang dilaporkan tewas dan ratusan orang terluka, setelah militer Mesir mulai bertindak keras terhadap aksi pendukung Mursi. Mereka membubarkan paksa aksi pro-Mursi di beberapa lokasi. Bentrok juga terjadi antara massa pro-Mursi dengan massa pendukung pemerintah sementara.
Bentrokan sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi terjadi di beberapa titik di Ibu Kota Kairo, misalnya di bundaran Masjid Rabaah al-Adawiyah, Nasr City, Kairo, Jembatan 6 Oktober yang berjarak satu kilometer, serta bundaran Nahda di dekat Universitas Kairo di Gina.
Meski begitu, Nuh menilai bentrok tidak sedahsyat aksi penggulingan Hosni Mubarak yang membuat warga takut keluar rumah dan kekurangan bahan makanan.
Sedangkan konflik pasca-penggulingan Mursi tidak merusak kondusivitas belajar mahasiswa Sumut.
Zunairah dan Hudzaifah, kedua anak Nuh, menghabiskan masa libur kuliah yang baru berakhir September, dengan ikut pendidikan tambahan seperti pendalaman Alquran.
"Mahasiswa Sumut yang belajar di sana memang ada yang pulang ke Tanah Air. Bukan karena kerusuhan, tapi karena memang libur. Itu biasa," jelasnya, sambil menambahkan putri Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho akan pulang selama liburan.
Nuh juga sudah mengatur pertemuan dengan beberapa mahasiswa Al-Azhar Sumut yang pulang kampung.
Ia tambah yakin anak-anaknya aman di Mesir, karena Kedutaan Besar Republik Indonesia juga menyatakan siap mengevakuasi para pelajar jika kondisinya dinilai masuk tahap darurat. (*)