TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pandangannya mengenai situasi terkini, bentrok berdarah di Mesir.
"Kalau kita melihat ratusan ribu massa yang berhadapan seperti itu, terjadi konflik horizontal maka konflik sulit dicegah dan korban sudah berjatuhan," kata SBY dalam pengantar sidang kabinet di kantor Presiden Jakarta, Senin (29/7/2013).
Bentrok berdarah di Mesir kembali terjadi. Militer Mesir mulai membubarkan paksa disertai tembakan kepada para pendukung Presiden Mesir terguling, Muhammad Mursi.
Dilaporkan oleh BBC setidaknya 136 orang tewas dan ratusan orang terluka akibat bentrokan yang terjadi sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi waktu setempat di beberapa titik ibukota Kairo.
Presiden SBY mengatakan Indonesia tidak punya resep untuk mendamaikan Mesir, apalagi meminta Mesir begini dan begitu.
"Kita tidak seperti itu meskipun belum tentu benar. Saya hanya mengatakan ada pelajaran yang bisa kita petik," kata SBY.
Pelajaran dimaksud, menurut SBY, adalah dulu ketika demokrasi Indonesia mengalami perubahan dramatis pada tahun 1998 dan sepakat untuk perubahan besar reformasi melalui gerakan mahasiswa.
"Pada prinsipnya kita ajak semua, tidak ada yang ditinggalkan di masa sulit mengatasi situasi," kata SBY.
Pelajaran lainnya, SBY mengatakan sejarah yang menakdirkan militer Indonesia yang tadinya sangat kuat dan domininan maka di awal reformasi justru mendapatkan tekanan luar biasa namun TNI kemudian membaca situasi dan melakukan reformasi di dalam dirinya bukan malah menekan keluar.
"Itu apa yang saya maksudkan pelajaran yang bisa dipetik. Ini bacaan saya pribadi ketika revolusi selesai Mubarak tidak jadi presiden dengan euphoria sendiri semangat perubahan dan reformasi serta election mungkin tidak semua elemen tidak merasa mendapatkan peluang yang sama. Kaum militer tidak mendapatkan peran bahkan mungkin merasa dipinggirkan," kata SBY.
Menurut SBY mungkin di Mesir perlu dipikirkan rekonsiliasi untuk mendapatkan mandat dari rakyat dan mengajak semua elemen rakyat di negara itu dalam proses reformasi.
"Pandangan saya pribadi kalau militer melakukan langkah di Mesir menghentikan kekuasaan seseorang itu juga persoalan sendiri. Timbal balik yang menurut saya pada titik paling sulit," kata SBY.
Sebagai sahabat Indonesia, SBY mengatakan dalam keadaan seperti ini kedua pihak di Mesir bisa menahan diri agar tidak banyak korban.
"Akhirnya rekonsiliasi kompromi apa yang bisa dilakukan nanti masyarakat internasional dan PPB yang mencarikan solusi dan membantu. Negara sekitar Mesir juga diharapkan bisa bikin teduh suasana," kata SBY.