Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seribuan warga sipil pendukung penggulingan Presiden Mohammad Mursi bertumbangan dalam konflik Mesir. Hal tersebut mengundang banyak keprihatinan, salah satunya Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Letjen TNI (Purn) Syarifudin Tippe.
Menurutnya, Mesir sebagai salah satu sumber peradaban dunia yang paling tua, harusnya bisa menyelesaikan semua persoalan dalam negerinya dengan cara baik dan damai.
Terlebih, menurut Syarifudin, penyelesaian masalah dengan mengedepankan kekerasan, tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya secara substansial.
"Kami berharap pemerintah Mesir menghentikan kekerasan yang terjadi dan pemerintah yang berkuasa untuk segera melakukan proses demokrasi, serta dapat menjaga nilai-nilai sejarah serta ilmu-ilmu sebagai salah satu pusat kajian Islam di dunia dapat terjaga dengan baik," kata Syarifudin dalam sambutannya di acara Halal Bihalal Internasional di Universitas Ibnu Chaldun, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (20/8/2013).
Senada dengan Syarifudin, anggota DPD DKI Jakarta, AM Fatwa. Mantan Wakil Ketua MPR itu berharap pemerintah Mesir dapat segera menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.
"Saya berharap peristiwa Mesir, menjadi peristiwa yang terakhir, jangan lagi ada kejadian seperti itu lagi, terutama di negara-negara Timur Tengah. Kekerasan militer di Mesir harus diakhiri, ini akan berhadapan dengan dunia. Dunia akan mengutuk kekuatan militer Mesir," ujarnya.
Menurut AM Fatwa, negara Timur Tengah terlalu memusatkan pembangunan dalam segi perekonomiannya saja, namun justru mengabaikan kebangkitan demokrasi. Hal tersebut yang diduga menjadi pemicu rentetan permasalahan demokrasi di negara-negara tersebut.
"Selama ini negara-negara Timur Tengah hanya memusatkan pembangunan ekonomi, dan mengabaikan demokrasi, ini pemicu peristiwa, seperti yang terjadi di Lybia, Libanon, Mesir dan lain-lain," lanjutnya.
Hadir dalam acara Halal Bhalal tersebut beberapa duta besar negara Timur Tengah, seperti Dubes Maroko Mohames Majdi, dan Dubes Arab Saudi Mustafa Ibrahim Al Mobarak serta beberapa rektor Universitas di Jakarta.