TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data yang dikeluarkan National Disaster Risk Reduction and Management Council (NDRRMC) mencatat, hingga Jumat (22/11/2013)lebih dari 5.000 jiwa meninggal dunia akibat bencana topan Haiyan di Filipina.
Bencana besar itu juga mengakibatkan sekitar 4,4 juta orang kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi, bantuan yang dibutuhkan mencapai 301 juta dolar Amerika. Jumlah orang yang terdampak akibat topan Haiyan/Yolanda yang menyapu tanggal 8 November 2013 yang lalu itusudah mencapai 10 juta orang .
Dilaporkan, tim relawan masih bekerja keras di sana hingga kini. Masing-masing relawan bergabung dalam kelompok untuk bahu membahu untuk mengevakuasi jenasah. Tidak kurang dalam sehari 40 jenazah dimakamkan.
M Kaimuddin, relawan PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional yang tengah berada di lokasi bencana dalam emailnya mengatakan, saat ini jenazah-jenazah yang dievakuasi semakin sulit diidentifikasi karena sudah rusak dam membusuk.
"Keadaan para penyintas (survivor) juga tak kalah menyedihkan. Di kota bencana, Ormoc, Leyte sekitar 90 persen bangunan mengalami kerusakan. Sebagaian besar penyintas membutuhkan perawatan medis karena luka karena terkena runtuhan atau luka karena serpihan dari runtuhan," katanya.
Ditambahkannya, saat ini kebutuhan akan dokter dan paramedis tambahan sungguh sangat dibutuhkan. Untuk penyediaan obat dan kebutuhan medis laiinya, semua harus dibeli di Cebu, 4 jam perjalanan laut dari Ormoc.
Dalam aksi kemanusiaan ini PKPU menyediakan Dapur air yang menyuplai makanan bagi para pengungsi. Dapur air yang berlokasi di Barangay Mabini, Ormoc ini. Selain makanan ynag telah dimasak, 200 paket beras masing-masing berberat 50 kg langsung ludes dalam sekejab.
"Untuk kebutuhan ibu dan bayi seperti susu dan bubur bayi juga didatangkan dari Cebu. Begitu banyak yang telah dilakukan, namun tetap saja masih kurang. Meski begitu, program yang didukung Human Appeal International (HAI) UK ini sungguh sungguh sebuah bantuan yang berarti," katanya. Eko Sutriyanto