TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Jelang sebulan memasuki masa tanggap darurat bencana Topan Haiyan di Filipina, PKPU dan NGO Inggris, Human Appeal International masih mendistribusikan berbagai bantuan terutama untuk daerah-daerah terpencil jauh dari pusat kota.
Distribusi paket makanan seberat 15 ton untuk 3.000 orang diberikan masyarakat yang berada di kaki pegunungan dan bukit yang belum terjangkau bantuan sama sekali.
Paket makanan yang berisi 5 kg beras, minyak goreng, sarden instan, terpal dan alat-alat kebersihan keluarga seperti sabun mandi, pasta gigi, sabun cuci didistribusikan dengan menggunakan 2 truk tronton ke daerah kaki pegunungan di kota Ormoc Pulau Leyte.
Dalam surat elektronik kepada Tribunnews, Sabtu (30/11/2013), koordinator misi kemanusiaan tahap 2 PKPU di Filipina, Deni Kurniawan mengatakan bantuan paket makanan ini dilakukan terutama untuk daerah di kaki pegunungan yang belum terjangkau bantuan sama sekali. Sementara itu mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan untuk hidup.
"Saat ini tidak ada listrik dan aliran air bersih. Penduduk belum mulai kembali untuk membangun rumah-rumah mereka yang rusak dan roboh. Bantuan terlebih dahulu diutamakan ke bahan pangan dan terutama terpal untuk menutup atap-atap rumah mereka," katanya.
Bantuan didistribusikan di sejumlah daerah di bagian Pulau Leyte terutama di sepanjang jalan antara Kota Ormoc dan Tacloban, 2 kota yang terdampak parah akibat Topan.
"Saat ini konsentrasi bantuan internasional berada di 2 kota tersebut, oleh karena itu PKPU berinisiatif untuk menyisir daerah-daerah yang belum mendapatkan bantuan sama sekali," katanya.
Saat ini, situasi sebulan setelah bencana aliran listrik dan air bersih belum sepenuhnya normal. Walaupun sejumlah jenazah di reruntuhan bangunan dan sampah-sampah pohon dan puing bangunan telah mulai dibersihkan, sisa-sisa dahsyatnya terjangan topan masih terlihat jelas.
"Penduduk belum mulai membangun kembali rumahnya yang rusak atau roboh, namun mereka menutupinya dengan terpal atau seng. Aktivitas pendidikan masih lumpuh dikarenakan sekolah-sekolah yang masih berdiri digunakan sebagai tempat pengungsian," tuturnya.(eko sutriyanto)