TRIBUNNEWS.COM, BUCHAREST - Suasana Natal di Rumania diwarnai gelombang kemarahan publik yang dipicu nyanyian carol Natal kontroversial oleh sebuah paduan suara tradisional di saluran televisi publik. Lirik lagu itu dituding memuliakan holocaust dengan menyebut orang-orang Yahudi harus dibakar di cerobong asap.
Lagu tersebut ditayangkan di saluran baru TVR3, Jumat (6/12/2013). Kecaman pun mengalir dari kelompok keagamaan dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bucharest. Carol kuno tersebut berasal dari komunitas di wilayah barat laut Cluj. Lirik di dalamnya menggunakan istilah "jidovi" yang merendahkan orang Yahudi.
Ada dalam lirik lagu itu pula bahwa perlakuan yang baik untuk orang Yahudi hanyalah "menempatkannya di dalam cerobong asap, hanya dalam asap". AFP, Jumat (13/12/2013), mengutip Menteri Luar Negeri Rumania, Titus Corlatean, menyatakan keberatan keras atas penayangan lagu itu.
"Saya sangat mengutuk segala bentuk anti-semitisme, apalagi ketika disebarkan melalui media publik," ujar Corlatean.
Kedutaan Besar Amerika menyebutkan tayangan lagu itu tidak dapat diterima dan harus dikutuk dalam ungkapan yang paling kuat dan tegas. Amerika pun mendesak Rumania menolak rasisme dan orang-orang yang membelanya melalui tindakan yang dikemas sebagai ekspresi identitas budaya.
The Elie Wiesel Institute untuk penelitian Holocaust di Rumania menyatakan ketidaksetujuan kuat atas lagu tersebut. Mereka menyebut penayangan lagu itu sebagai pesan anti semit dengan tingkat kegawatan yang langka dan vulgar.
Gereja Ortodoks mengkritik pula paduan suara yang menyanyikan lagu kontroversial itu. Gereja mengatakan lagu Natal tidak boleh digunakan untuk menyebarkan kebencian. Dewan Penyiaran Rumania telah mengenakan denda 50.000 RON, setara Rp 180 juta pada TVR3 yang menayangkan lagu itu.
Rumania dalam jangka waktu lama membantah terlibat dalam pembunuhan massal dan deportasi orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II. Diperkirakan antara 280.000 hingga 380.000 orang Yahudi Rumania dan Ukraina tewas di Rumania dan wilayah kekuasaannya selama rezim Ion Antonescu yang pro-Nazi.
Angka itu merujuk data dari komisi sejarawan internasional yang dipimpin pemenang Nobel Perdamaian Elie Wiesel. AFP