TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Pencarian Boeing B-777-200 Malaysia Air yang hilang dalam penerbangan Kualalumpur-Beijing sudah masuk hari keempat. Akan tetapi tim pencari dari beberapa negara yang melibatkan sembilan pesawat terbang dan 24 kapal belum juga menemukan titik terang. Oleh karena kemampuan gerak pesawat dan kapal memiliki keterbatasan, serta daya pandang manusia, amat terbatas, upaya pencarian pun mulai melibatkan satelit penginderaan jauh.
DigitalGlobe yang berbasis di Colorado, AS, merupakan salah satu perusahaan swasta yang ikut serta mengerahkan dua dari lima asetnya untuk membidik wilayah yang dicurigai. Mulai Senin (10/3/2014), dari ketinggian 400 mill, satelit-satelit dengan sensor optik mereka telah dikerahkan memotret Laut China Selatan, termasuk Teluk Thailand, seluas 3.200 kilometer persegi. Untuk menggambarkan kemampuan satelitnya, dikatakan, kamera resolusi tinggi satelit ini sanggup mengidentifikasi benda seluas piring di tengah lapangan bola.
Selain DigitalGlobe, Kementerian Pertahanan China juga sudah mengerahkan 10 satelitnya. Selain satelit dari kategori pencitra Bumi resolusi tinggi, mereka juga mengerahkan satelit navigasi dan komunikasi untuk mendukung koordinasi di antara sesama tim pencari. China amat berkepentingan karena 153 dari 227 penumpang MH370 adalah warganegaranya. Selain warganegara China, pesawat dengan sistem kemudi fly-by-wire ini juga mengangkut penumpang dari 13 negara lain dan 12 awak.
Angkasa mencatat, selain mengerahkan satelit optik, pencarian sebaiknya juga didukung satelit dengan sensor radar atau yang biasa dikenal sebagai synthetic aperture radar (SAR). Jika kamera sensor optik cenderung memotret semua obyek di atas permukaan Bumi dengan gelombang visual, satelit SAR akan merekam kontur permukaan Bumi, termasuk dasar laut, dengan gelombang radar. Dengan demikian, satelit SAR diharapkan sanggup “melihat” potongan atau reruntukan pesawat ukuran besar bilamana itu jejak yang amat berharga ini memang sudah tenggelam ke dasar laut.