TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Sejumlah penyidik Amerika Serikat menduga, pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370 masih tetap terbang selama empat jam setelah otoritas penerbangan Malaysia memperhatikan pesawat itu hilang dari radar di atas Laut China Selatan.
Para penyidik penerbangan dan pejabat keamanan nasional AS yakin bahwa pesawat itu, sebuah Boeing 777, terbang total selama lima jam.
Hal itu berdasarkan data otomatis yang diunduh dan dikirim ke darat dari mesin Boeing 777 sebagai bagian dari program pemeliharaan dan pemantauan rutin. Demikian menurut laporan di laman The Wall Street Journal Asia, dilansir Kompas.com, Kamis (13/3/2014).
Dugaan para penyidik itu menimbulkan sejumlah pertanyaan dan kemungkinan baru tentang apa yang terjadi di atas pesawat yang membawa 239 orang itu, yang hilang dari radar kontrol lalu lintas udara sipil pada Sabtu lalu, sekitar satu jam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur saat menuju Beijing, China.
CNN melaporkan hal yang lebih kurang sama pada Rabu kemarin. Menurut CNN, yang mengutip seorang pejabat Malaysia yang tidak mau namanya disebutkan, pesawat Malaysia Airlines itu masih terbang selama satu jam 10 menit setelah otoritas penerbangan memperhatikan pesawat itu hilang dari radar.
Pesawat tersebut, kata pejabat itu, terbang ke arah yang berlawanan dari jalur penerbangan yang dijadwalkan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Peralatan komunikasinya dimatikan dan terakhir kali terlihat di atas pulau kecil yang disebut Pulau Perak di Selat Malaka.
Namun, laporan itu belakangan dibantah Panglima Angkatan Udara Malaysia, Jenderal Rodzali Daud, yang oleh media Malaysia sempat disebut sebagai sumber informasi tersebut.
Cakupan penyelidikan kini diperluas, enam hari setelah kehilang misterius itu mendorong pencarian udara dan laut internasional yang masif. Namun, sejauh ini pencarian belum membuahkan hasil apa pun.
Sejumlah pejabat kontraterorisme AS sedang meneliti kemungkinan bahwa pilot atau orang lain dalam pesawat mungkin telah mengalihkan pesawat ke sebuah lokasi yang dirahasiakan setelah dengan sengaja mematikan transponder pesawat guna menghindari deteksi radar.
Penyelidikan tetap cair, dan masih tidak jelas apakah para penyidik punya bukti yang menunjukkan kemungkinan terorisme atau spionase. Sejauh ini, sejumlah pejabat keamanan nasional AS mengatakan, tidak ada yang secara khusus mengarah ke terorisme, meskipun mereka tidak mengenyampingkan hal itu.
Namun, ketidakpastian besar tentang ke mana pesawat mengarah, dan mengapa pesawat itu tampaknya terus terbang begitu lama tanpa transponder yang bekerja, telah menimbulkan sejumlah teori di kalangan para penyidik.
Teori yang muncul antara lain bahwa pesawat mungkin telah dikomandoi untuk suatu alasan yang tampak tidak jelas bagi para pihak berwenang AS. Beberapa dari teori itu telah disampaikan kepada para pejabat keamanan nasional dan personel senior dari berbagai instansi AS, kata salah seorang yang dekat dengan masalah itu.
Dalam sebuah briefing, kata orang itu, para pejabat diberitahu bahwa para penyidik sedang aktif meneliti kemungkinan bahwa pesawat itu dialihkan "dengan maksud akan menggunakannya untuk tujuan lain".
Hingga Rabu, masih belum jelas apakah pesawat itu mencapai sebuah tujuan alternatif atau jika akhirnya jatuh, kemungkinan jatuh ratusan mil dari lokasi pencarian internasional yang difokuskan saat ini. Berdasarkan kecepatan jelajah jet itu dengan total waktu terbang lima jam setelah berangkat dari Kuala Lumpur, Boeing 777 itu bisa mencapai Samudra Hindia, perbatasan Pakistan, atau bahkan Laut Arab.