TRIBUNNEWS.COM - Tokoh di negara berkembang, terutama di Asia, Afrika, dan Eropa Timur, banyak mengisi daftar nominasi penerima award Europe Business Assembly (EBA). Umumnya mereka dengan senang hati menyambutnya. Tapi, ada pula yang justru keberatan dan menolaknya.
Selain pernah menjadi sorotan di Malaysia dan Dublin, Irlandia, penghargaan-penghargaan dari EBA pernah membuat heboh publik di Bosnia dan Herzegovina, serta Serbia. Ini terjadi setelah The Center for Investigative Reporting (CIN), sebuah media di Sarajevo, menerbitkan investigasi pada Agustus 2013.
Dalam laporan investigasinya, CIN membeber adanya tarif-tarif yang diberlakukan. Masing-masing kategori award punya besaran tarif berbeda-beda. Data itu didapatkan dari para tokoh dan pimpinan organisasi yang pernah mendapat penghargaan dari EBA.
Di kawasan Balkan, memang tidak sedikit tokoh dan lembaga yang pernah memperoleh penghargaan dari EBA. Di antaranya adalah Dragan Dilas. Wali Kota Belgrade, Serbia, ini menerima penghargaan Manager of the Year pada Juli 2012. Selain penghargaan untuk dirinya sendiri, ia juga menerima penghargaan atas kotanya yang ditetapkan sebagai Kota Terbaik.
Dua penghargaan itu diberikan dalam Internal Socrates Award Ceremony yang digelar di Dublin, Irlandia. Tempat seremoni penerimaan gelar memang tidak selalu di London, tempat kantor EBA.
Menurut CIN, untuk penghargaan yang diterimanya, Dragan Dilas mengeluarkan uang senilai 11.000 Euro. Rinciannya sebesar 7.300 Euro untuk penghargaan yang dia terima. Sisanya merupakan biaya partisipasi kegiatan seremoni.
Lembaga penerima penghargaan lain dari Bosnia and Herzegovina yang ditulis oleh CIN adalah Pusat Klinis Universitas Sarajevo (The Clinical Center of the Sarajevo University), Lalu Universitas Swasta Apeiron di Kota Banja Luka, Universitas Slobomir di Kota Bijeljina, dan Universitas Internasional Travnik di Sarajevo.
Pendiri Universitas Belgrade Megatrend di Sarajevo, Mico Jovanovic, malahan dua tahun berturut-turut menerima penghargaan dari lembaga nonpemerintah yang berbasis di London itu.
Setelah menerima penghargaan, Mico Jovanovic kemudian didaulat sebagai anggota Komite Socrates. Tugasnya menentukan nominasi dan melakukan pemeringkatan para calon penerima penghargaan. Namun beberapa waktu kemudian, dia memutuskan untuk berhenti bergabung dengan EBA.
"Pada akhirnya saya menyadari ada kepentingan bisnis di dalamnya," kata Jovanovic seperti dikutip dari CIN.
CIN juga mewancarai sejumlah tokoh dan lembaga yang menolak menerima penghargaan dari EBA. Kewajiban mengeluarkan biaya menjadi penyebabnya. Satu di antaranya adalah Nikola Tesla, perusahaan batubara di Serbia.
Berdasarkan pemberitahuan EBA, perusahaan itu masuk nominasi sebagai perusahaan terbaik. Lalu sang direktur, Petar Knezevic, dinominasikan juga sebagai manajer terbaik. Tapi Petar Knezevic memilih menolak penghargaan.
"Kami tahu bahwa hadiah yang diberikan, yakni berupa trofi, sertifikat, dan medali, bisa diserahkan, tetapi dengan biaya. Atas alasan ini, kami menolak dan berterimakasih kepada lembaga," tulis Knezevic.
Menurutnya, berdasarkan penjelasan EBA, perusahaannya harus mengeluarkan antara 5.000 hingga 10.000 Euro untuk perwakilan yang datang ke seremoni penyerahan penghargaan.
Penolakan itu bukan yang pertama terjadi di kawasan Balkan. Pada 2009, rektor Unversitas Bihac di Bosnia, Mujo Demirovic, juga telah melakukannya. Sang rektor dinyatakan masuk nominasi penerima penghargaan European Quality Award. Namun dia memutuskan absen dalam seremonial penyerahan penghargaan, yang kala itu digelar di Malta. Penyebabnya lembaga pendidikan yang dipimpinnya tidak memiliki anggaran.
Sayangnya, hingga kemarin, Surya (Tribunnews.com Network) belum berhasil meminta klarifikasi ke EBA. Berkali-kali Surya menghubungi nomor telepon yang tertera di laman EBA, tapi belum juga terhubung. Begitu pula dengan email yang dikirim Surya, belum mendapat balasan.(eben haezer/miftah faridl)