TRIBUNNEWS.COM, GAZA — Sejak Israel memulai Operation Protective Edge, Selasa (8/7/2014) dini hari, setidaknya 83 warga Palestina tewas dan lebih dari 500 orang terluka, berdasarkan data petugas medis di Gaza, Palestina, Kamis (10/7/2014).
Meningkatnya korban jiwa yang berjatuhan di Gaza telah mendorong Mesir membuka perbatasan di Rafah, dengan rumah sakit di Sinai disiagakan untuk menerima korban luka, menurut kantor berita Mesir, MENA.
Sejauh ini tak ada kabar korban tewas di Israel akibat serangan balik berupa lontaran roket dari Gaza, meskipun petugas medis setempat sempat menyatakan satu perempuan meninggal pada Kamis, saat lari menuju perlindungan.
"Kami masih menghadapi aksi yang sulit, kompleks, dan rumit," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah rapat kabinet membahas masalah keamanan, Kamis.
Serangan udara Israel telah mengosongkan jalanan Gaza hingga Tel Aviv. Di Tel Aviv, kafe yang biasanya penuh sesak pada musim liburan seperti sekarang, kosong. Pelayan mereka terlihat gugup memeriksa telepon genggam berkali-kali untuk memeriksa pemberitahuan lontaran roket.
Di Gaza, cerita lebih muram, setelah rudal dari pesawat tempur Israel menghantam sebuah kedai kopi di Khan Yunis, Kamis dini hari waktu setempat, menewaskan sembilan penggemar sepak bola yang sedang menyaksikan pertandingan semifinal Piala Dunia 2014 antara Belanda dan Argentina.
Jatuhnya korban warga sipil ini tak menahan Israel untuk mengonfirmasi kemungkinan menggelar serangan darat ke Gaza.
Deretan tank Israel telah berkumpul di perbatasan dan Netanyahu mendapat tekanan dari garis keras Yahudi untuk menguasai lagi wilayah yang pernah Israel duduki sebelum penarikan pasukan dan pemukim Yahudi pada 2005.