TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Setelah pimpinan Al-Qaeda Osama bin Laden tewas, kini AS direpotkan seorang musuh baru yaitu Abu Bakr al-Baghdadi, pimpinan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Berbeda dengan Osama bin Laden, yang meski membutuhkan waktu 10 tahun untuk memburu dan membunuhnya, AS sudah mencium jejaknya di Afganistan dan Pakistan.
Namun, Al-Baghdadi adalah sosok yang berbeda. Pria berusia 42 tahun ini sama sekali tak meninggalkan jejak kecuali puluhan ribu pejuangnya yang mencaplok wilayah utara Irak dan sebagian wilayah Suriah.
Berbeda dengan Al-Qaeda yang "terukur" dalam memilih target, ISIS jauh lebih brutal dengan membunuh semua yang dianggap tak sealiran dan sejalan dengan ideologi yang mereka anut.
Nah, untuk melacak jejak Abu Bakr al-Baghdadi yang pernah menghebohkan media sosial karena mengenakan jam tangan mewah itu, pemerintah AS dalam hal ini CIA mengerahkan 100 agen dan membentuk pasukan khusus hanya untuk megejar Al-Baghdadi yang dijuluki "Si Hantu" itu.
Boleh jadi inilah operasi kontra-terorisme terbesar yang pernah digelar AS setelah melacak dan akhirnya membunuh Osama bin Laden pada 2011.
CIA dengan segala sumber dayanya mengumpulkan data pembicaraan telepon dan mempelajari semua pergerakan di Irak dan Suriah menggunakan drone, satelit hingga agen-agen lapangan mereka.
"Al-Baghdadi ini memang sulit dicari tapi dia akan ditemukan suatu hari. Pasukannya tersebar sehingga hubungan telepon pasti dilakukan. Inilah yang menjadi titik lemahnya," ujar seorang sumber di CIA.