TRIBUNNEWS.COM - Suasana malam Natal di Betlehem, Tepi Barat yang diduduki nampak mencekam dan suram.
Kota yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus itu tampak dijaga ketat oleh pasukan keamanan Palestina.
Suasana Natal sudah tak terlihat semenjak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober 2024 lalu.
Ketenangan yang tidak biasa menyelimuti Manger Square, jantung kota Palestina, di mana kompleks di sekitarnya kosong.
Hanya beberapa pedagang kopi dan sejumlah besar wartawan yang memadati tempat tersebut.
Dekorasi, turis yang berlalu-lalang, dan kerumunan peziarah yang merupakan ciri khas Natal di masa lalu, hilang selama dua tahun terakhir.
Hal tersebut mencerminkan suasana muram saat perang antara Israel dan militan Palestina di Jalur Gaza terus berlanjut.
Secara tradisional, pohon Natal besar akan menerangi Manger Square, tetapi pemerintah setempat memilih untuk tidak mengadakan perayaan besar untuk tahun kedua.
"Tahun ini kami membatasi kegembiraan kami," kata Wali Kota Betlehem, Anton Salman kepada AFP.
"Kami ingin fokus pada realitas Palestina dan menunjukkan kepada dunia bahwa Palestina masih menderita akibat pendudukan Israel, masih menderita akibat ketidakadilan," lanjutnya.
Doa-doa, termasuk misa tengah malam yang terkenal di gereja, akan tetap diadakan di hadapan Patriark Latin Gereja Katolik, tetapi perayaannya akan lebih bersifat keagamaan daripada perayaan meriah yang pernah diadakan di kota itu.
Baca juga: Hamas-PIJ-FPLP Satu Suara, Sebut Otoritas Palestina di Tepi Barat Antek Zionis Israel
Meskipun suasana suram, sejumlah umat Kristen di Tanah Suci - yang berjumlah sekitar 185.000 di Israel dan 47.000 di wilayah Palestina - menemukan perlindungan dalam doa.
"Natal adalah perayaan iman. Kami akan berdoa dan memohon kepada Tuhan agar penderitaan kami segera berakhir," kata Salman.
Para pedagang di depan gedung pemerintah daerah setempat, Pusat Perdamaian Betlehem, menunggu pelanggan dengan sia-sia di belakang teko-teko penuh kopi panas.