Tribunnews.com, Hong Kong - Pendiri gerakan pro-demokrasi Hongkong mengumumkanĀ akan menyerahkan diri ke polisi. Mereka juga meminta para demonstran untuk menyudahi unjuk rasa.
Meski ada seruan untuk menghentikan unjuk rasa, para demonstran mulai frustrasi dan menganggap mereka telah ditinggalkan oleh para pendiri gerakan.
Pengumuman penyerahan diri tersebut tiba setelah ratusan demonstran pro-demokrasi bentrok dengan polisi pada Minggu malam. Bentrokan itu menyisakan puluhan orang terluka di aksi yang sudah berjalan lebih dari dua bulan tersebut.
"Saat kami mempersiapkan penyerahan diri kami, kami meminta pada siswa (demonstran) untuk menyudahi, dan mengubah gerakannya," kata Benny Tai, salah satu pimpinan gerakan pendudukan yang dikenal dengan istilah Occupy Central ini.
Tai mengatakan, dirinya bersama beberapa orang yang juga mendirikan gerakan, Chan Kin-man dan Chu Yiu-ming, akan menyerahkan diri ke polisi Rabu mendatang.
Para demonstran menyebut mereka tidak akan mundur sampai permintaannya dipenuhi. Mereka telah memblokade tiga ruas jalan sejak September dan menuntut pemilihan langsung di Hongkong.
"Mereka bilang menyerah, ini pengkhianatan dari apa yang kita perjuangkan selama ini," kata Raymond Tsang, demonstran yang ikut dalam aksi pendudukan.
Dia menekankan, demonstran tidak akan mengakhiri aksinya hingga ada yang dicapai dari aksi mereka tersebut.
Meski ada yang menentang, demonstran muda lainnya memberikan penghormatan terhadap Tai. Ia adalah Joshua Wong yang menyebut gerakan "Umbrella Movement" atau revolusi payung ini akan mengevaluasi aksinya.
"Jika Benny Tai tidak memublikasi pemikiran pembangkangan sipilnya sejak awal, maka tidak akan ada gerakan "umbrella movement" saat ini," kata Wong yang memulai gerakan tutup mulut dengan tidak makan hingga pemerintah memenuhi permintaannya.