Laporan Wartawan Tribun Medan Eris Estrada
TRIBUNNEWS.COM, IRAK - Pengakuan mengejutkan datang dari seorang perempuan Yazidi Irak, yang sempat ditawan gerombolan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) selama sebulan.
Perempuan bernama Hamshe ini mengungkapkan bagaimana ia diperkosa, dan dipaksa menyumbangkan darahnya untuk menolong tentara ISIS yang terluka. Agar mereka tetap hidup dan bisa kembali berperang.
Perempuan berusia 19 tahun ini kini tengah hamil. Ia adalah warga Yazidi pertama yang berani membongkar identitasnya dan menceritakan perlakuan tentara ISIS kepadanya. Tidak hanya darah dari perempuan, ISIS juga mengambil darah dari anak-anak untuk ditransfusikan ke mereka.
“Ketika mereka mengambil seorang perempuan Yazidi, mereka akan mengunci dan tidak memberikan makanan. Kecuali, kami mau menikah dengan mereka,” katanya.
“Suatu malam bayiku menangis karena kehausan. Aku terpaksa mencuri botol minuman dari seorang prajurit yang sedang tidur. Kupikir itulah kesempatanku untuk kabur. Akhirnya aku melarikan diri dan berlari terus selama empat jam,” tambahnya.
Ia dan bayinya menelusuri padang pasir dan akhirnya sampai di kampungnya di hari ketiga. Kemudian ia diantarkan ke daerah Peshmerga, dan menunggu hingga abang kandungnya menjemputnya disana.
“Ibuku bahkan tak percaya aku bisa kembali dalam keadaan hidup. Keluargaku sudah cukup berantakan sekarang karena ulah ISIS,” jelas Hamshe.
Perkosaan yang diderita perempuan tawanan ISIS memang bukan lagi rahasia. Seorang perempuan muda Yazidi, yang telah dipaksa menjadi budak seks oleh ISIS bahkan sempat memohon pihak Barat mengebom rumah bordil di mana dia ditawan.
Perempuan itu mengaku, kaum militan ISIS memperkosanya 30 kali hanya dalam waktu beberapa jam. Dalam pembicaraan telepon, perempuan itu memohon agar rumah bordil tersebut dibom sehingga para perempuan yang dijadikan budak seks oleh ISIS bisa keluar dari kesengsaraan mereka.
Dia mengatakan kepada para pejuang Kurdi bahwa dirinya telah begitu sering diperkosa. Bahkan, dia tidak bisa ke toilet. Penderitaannya begitu mengerikan sehingga dia berencana untuk bunuh diri bahkan jika akhirnya pun dibebaskan.
Rincian pengalaman brutal perempuan di tangan ISIS itu muncul dalam sebuah wawancara dengan aktivis Kurdi yang menggelar demonstrasi di London guna meningkatkan kesadaran orang akan penderitaan perempuan di Timur Tengah.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC World Service, seorang pria yang diidentifikasi sebagai Karam menggambarkan bagaimana seorang temannya yang ikut dengan Peshmerga menerima telepon perempuan Yazidi itu.
Karam mengatakan, perempuan itu menangis di telepon. "Jika kalian tahu di mana posisi kami, silahkan mengebom kami ... Tidak ada kehidupan setelah ini. Saya akan tetap bunuh diri, yang lain telah bunuh diri pagi ini," kata perempuan itu sebagaimana dikutip Karam. "Saya pernah diperkosa 30 kali dalam waktu beberapa jam. Saya tidak bisa pergi ke toilet. Silahkan bom kami," kata Karam menirukan pengakuan perempuan tersebut.