TRIBUNNEWS.COM -Istri Perdana Menteri Australia, Margie Abbott, biasanya merupakan sosok pemalu di depan media. Namun, kini, ia bersedia diwawancarai majalah perempuan, Women’s Weekly Australia dan berbicara terbuka tentang perjuangannya sebagai "Ibu Negara" Australia.
Margie mengisahkan ke majalah itu bagaimana ia pertama kali bertemu Tony Abbott pada tahun 1987 ketika ia masih berprofesi sebagai wartawan dan guru sekolah. Ia menceritakan kencan pertama mereka dan malam ketika Tony Abbott melamarnya.
Ketika ia ditanya tentang perannya sebagai istri Perdana Menteri, Margie mengakui posisi ini bukanlah yang ia harapkan. Ia pun terkesan filosofis dengan masa depan apa yang mungkin menimpa sang suami dan karier politiknya.
"Yah itu akan sulit. Hidup memberi seseorang segala macam tantangan. Tentu saja jika Abbott tak lagi menjabat Perdana Menteri, itu akan menjadi babak baru, tetapi bab baru yang berbeda," ujarnya.
Ia menambahkan, "Bab baru bisa memberi semangat. Mereka bisa menguji Anda. Jadi, saya pikir saya akan melihatnya dengan cara seperti itu dan saya pikir Tony akan bersikap demikian."
Margie juga diminta untuk mengomentari kinerja kepala staf Tony Abbott, yakni Peta Credlin, tetapi ia menolak untuk berbicara lebih detail.
"Saya biarkan orang lain yang menilainya. Namun, intinya, Peta bekerja sangat keras dan itu adalah pekerjaan yang sulit," katanya.
Pakar humas: wawancara ini bagian dari strategi
Direktur Humas Inside dan mantan editor The Age, Michael Smith, mengatakan, pilihan memakai majalah Women’s Weekly untuk wawancara besar pertama Margie adalah bagian dari strategi yang dirancang untuk meningkatkan daya tarik Tony Abbott di kalangan pemilih perempuan.
"Ada komunikasi strategis, yang direncanakan, jika tak disetujui, oleh para penasihat Perdana Menteri, (dan) strateginya adalah untuk mencoba dan menghubungkan kembali Tony Abbott dengan perempuan," ujar Michael.
Ia mengungkapkan, "Untuk waktu yang lama, Perdana Menteri Abbott telah memiliki masalah persepsi, masalah citra di antara dua kelompok penting. Salah satunya adalah perempuan dan yang lainnya adalah kaum muda, dan wawancara seperti ini bertujuan untuk mengatasi masalah persepsi itu."
Margie biasanya menjauh dari sorotan media, dengan pengecualian sebuah wawancara yang ia lakukan tahun 2012 ketika Tony Abbott adalah pemimpin oposisi dan dikritik atas sikapnya terhadap perempuan.
Ia berbicara secara terbuka untuk membela suaminya.
"Saya katakan kepada mereka yang mengklaim bahwa Tony Abbott tak memahami perempuan, dengarkan ini, Tony Abbott dikelilingi oleh perempuan yang kuat," katanya pada tahun 2012.
"Saya bukan politisi dan saya tak bersikap politis, tetapi jangan coba-coba dan pernah memberi tahu saya bahwa suami 24 tahun saya dan ayah dari tiga anak perempuan saya adalah seorang pejuang anti-perempuan," kata Margie.