Tribunnews.com, Melbourne - Mantan Presiden dan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, bercerai dengan istrinya Kirsty Sword Gusmao, warga Australia.
Perceraian tersebut mengakhiri pernikahan selama 15 tahun pasaangan itu. Hubungan keduanya bermula ketika Xanana masih sebagai pejuang kemerdekaan Timor Leste dan dipenjara di Jakarta.
Ia jatuh cinta dengan Sword, seorang agen yang menyamar yang berusia 20 tahun lebih muda darinya. Ketika itu Sword kerap mengujungi selnya di rumah tahanan Salemba, Jakarta.
"Kami ingin memberitahu kepada teman-teman, kolega dan para pendukung kami tentang keputusan kami untuk berpisah sebagai pasangan," kata Xanana (68 tahun) di Melbourne, di mana Sword kini tinggal bersama tiga anak pasangan itu.
"Seperti semua pasangan yang memutuskan untuk melakukan hal seperti ini, hal ini bukanlah perkara mudah," katanya.
Kami berdua telah banyak mencurahkan hidup kami untuk terutama mengupayakan dan mengamankan kemerdekaan Timor-Leste (Timor Timur) dan kemudian seluruh kehidupan pernikahan kami untuk bekerja melalui berbagai tahap dan tantangan yang berkaitan dengan membangun suatu bangsa dari bawah."
Pengumuman tersebut terjadi setelah Xanana bulan lalu mengundurkan diri sebagai perdana menteri Timor Leste, dua tahun sebelum masa jabatannya berakhir. Pengunduran dirinya itu membuka jalan bagi pemerintah yang bertujuan untuk menyerahkan kekuasaan kepemimpinan kepada generasi baru, lebih dari satu dekade setelah negara setengah pulau itu resmi pisah dari Indonesia.
Sword bertemu Xanana di penjara di Jakarta tahun 1994 ketika perempuan itu sedang melakukan tugas penyamaran untuk gerakan perlawanan Timor Timur. Ketika itu Sword menggunakan nama sandi "Ruby Blade".
"Saya berjabat tangan dengan Xanana dan saya harus berpura-pura bahwa saya tidak terlalu tertarik padanya," kata Sword tahun 2002.
Sword yang besar di Bendigo dan Melbourne fasih berbahasa Indonesia. Ia menyelesaikan gelar sarjana di Melbourne University. Ia bekerja sebagai guru dan aktivis kampanye hak asasi manusia di Jakarta saat dia mulai membawa pesan dari Xanana tepat di muka hidung polisi dan tentara Indonesia.
Xanana, pemimpin lihai dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste, menjalani tujuh tahun dari 20 tahun hukuman penjaranya sebelum kemudian dibebaskan tahun 1999 setelah Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Hanya sedikit orang yang terkejut ketika Sword langsung menjadi sekretaris Xanana dan jatuh cinta dengan mantan pemimpin gerilya yang karismatik itu.
Mereka menikah tahun 2000 dan putra pertama pasangan itu, Alexandre, lahir tak lama setelah itu.
Sword menjadikan Timor Timur sebagai rumahnya dan dikagumi di antara warga Timor Timur ketika ia membaktikan dirinya untuk pekerjaan Ibu Negara dari negara termuda di dunia yang berjuang untuk pulih dari reruntuhan dan pertumpahan darah setelah reaksi penuh kekerasan para milisi pro-Indonesia terkait referendum kemerdekaan.
Tahun 2001 ia mendirikan Alola Foundation untuk memenuhi kebutuhan perempuan Timor Timur dan keluarga mereka dan bekerja sebagai duta pendidikan di negara yang tetap menjadi salah satu yang termiskin di dunia itu.
Pada 2008 Sword harus melindungi anak-anaknya dari para pemberontak bersenjata. Para pemberontak itu menguntit rumah keluarganya di bukit di atas ibukota Dili dalam sebuah upaya pembunuhan terhadap suaminya. Peristiwa itu terjadi setelah Presiden Timor Timur saat itu, Jose Ramos-Horta, ditembak dan hampir terbunuh di rumahnya.
Sword kemudian pindah sementara ke Rosebud di pinggiran Melbourne pada akhir 2012 saat ia menjalani pengobatan kanker payudara.
Xanana mengatakan, Sword akan melanjutkan perannya sebagai presiden Alola dan akan sering berkunjung ke Timor Timur di mana anak-anak mereka dilahirkan dan dibesarkan.