Laporan wartawan Tribunnews.com, Randa Rinaldi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ulama dari Jordania, Syeikh Ali Ibnu Hasan menegaskan gerakan radikalisme Islam State Iraq and Syria (ISIS) bukanlah gerakan yang bersumber dari Islam. Ideologi ini muncul akibat penyimpangan pemikiran yang mengatasnamakan Islam.
"Mereka memperlihatkan sikap keberagaman. Padahal, mereka jauh dari hal itu, masalah keberagaman itu. Oleh karena itu tidak boleh kita katakan gerakan mereka (ISIS) itu bersumber dari Islam,"ujar Syeikh Ali saat menjadi pembicara seminar yang ertajuk "International Conference on Terrorism and ISIS," di Jakarta International Expo, Jakarta, Senin (23/3/2015).
Syeikh Ali mengungkapkan pemimpin ISIS sengaja membaiat (pengukuhan) anak muda untuk melukai Islam. Bahkan, anak muda tersebut dibaiat secara khusus terkait aturan agama saat terjadi kekosongan intelektual. ISIS melakukan baiat tersebut dengan menumbuhkan pemikiran ekstrim.
"Tugas kita melihat, siapapun dimana pun harus mengisi kekosongan intelektual itu dengan hal positif,"kata Syeikh Ali.
Ia menyebut, peran orangtua untuk mengajarkan ideologi ISIS sangat membodohi pemikiran intelektual sang anak. Bahkan, Syeikh Ali menyindir orangtua yang tidak menerapkan kasih sayang dan lebih mengedepankan akidah yang buruk.
Meski menyindir jaringan ISIS yang mayoritas berada di Timur Tengah, Syeikh Ali memuji sikap bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan jumlah umat muslim di dunia tidak terpengaruh akan ideologi tersebut.
Menurutnya, bangsa Indonesia telah menerpakan ajaran Islam dengan tepat sehingga paham tersebut tidak menyebar dengan mudah.