TRIBUNNEWS.COM, INGGRIS - Di usia mudanya, Robert Clark tercatat sebagai tentara Durham Light Infantry, Inggris, terlibat dalam Perang Dunia II dan tertangkap di Kota Tobruk, Libya, ketika pasukan Nazi membantu Italia menaklukkan Afrika Utara dan Semenanjung Balkan pada 1942, tapi kalah oleh sekutu.
Sebagai tawanan perang di bawah Nazi, Clark seperti tawanan lainnya menikmati 'Jalan Panjang Kematian' seribu mil jauhnya melintas Eropa pada 1945. Ia sedikit saksi hidup tahanan perang di bawah Nazi yang masih hidup sampai sekarang, tapi di usia senjanya mengalami hal tak kalah buruk.
Lebih dari 50 tahun hidupnya tinggal di rumah sendiri, dewan kota Brent memaksanya untuk keluar rumah dan tinggal di panti jompo. Ia terancam angkat kaki dari rumahnya, begitu kata keluarganya, setelah biaya perawatannya di rumah selama ini sangat menguras kocek keuangan dewan kota.
Nasib Clark mendapat simpati banyak orang. Setidaknya sudah 125 ribu orang mendukung kampanye yang mengkritik kebijakan dewan kota karena tetap memaksa sang veteran perang keluar rumah dan tinggal di panti jompo.
Dewan kota Brent mengklaim ongkos perawatan Clark di rumahnya di Brunt Oak, utara London, sangat mahal. Sehingga mereka memutuskan untuk memindahkan Clark kepanti jompo terdekat dari rumahnya.
Clark tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak dua tahun belakangan, ia mengalami kebutaan, tersandar di kursi roda, salah satu telinganya tuli, telah menghabiskan tabungannya hidup sebesar 50 ribu poundsterling selama ini, mencakup pengeluaraan biaya perawatan 950 poundsterling tiap pekan. Jumlah itu hanya separuh dari kemampuan dewan lokal yang bisa memberikan 350 poundsterling untuk perawatan Clark, tapi menolak untuk menambahnya.
Putranya Mike (58) khawatir ayahnya bakal pasrah dan menerima dipindahkan ke rumah jompo, hal yang sangat berlawanan dengan kehendaknya selama ini. Pemindahan Clark ke rumah jompo hanya memenjarakan hidupnya, begitu kata Mike.
Saat perang masih berkecamuk, Clark menghabiskan tiga tahun sebagai tahanan perang, tinggal di sejumlah kamp tahanan berbeda di Polandia. Ia merasakan jalan jauh dari Januari sampai April pada 1945 silam.
Phil Porter, direktur strategis layanan sosial orang dewasa di dewan kota Brent mengakui kontribusi Clark untuk negara ini dan berempati dengan situasi yang dia dan orang lansia lain alami di Inggris.
"Masalahnya, paket perawatan kesehatan yang Tuan Clark pilih tak terjangkau oleh pembayar pajak dewan karena pendanaan pemerintah daerah terbatas. Sementara kebutuhan yang ada juga untuk membiayai 2.900 orang lainnya."
Dewan kota paling mentok memberikan pengeluaran untuk tiap warga 451 poundsterling setiap pekannya, bahkan jika meminta tinggal di panti jompo, Tuan Clark bakal membutuhkan bantuan khusus yang harganya jauh lebih mahal dari itu. (The Telegraph)