Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kesibukan membuat lampion (lentera) saat ini luar biasa. Semua untuk mempersiapkan festival besar Gion di Kyoto Jepang. Lentara hiasan tersebut dibuat ribuan buah bahkan puluhan ribu untuk meramaikan festival akbar, Festival Gion Kyoto yang sangat terkenal itu dan mengundang jutaan orang pengungjung setiap penyelenggaraan Festival.
"Senang sekali saya menciptakan lentera yang baru ini, terasa sejuk hati ini menyambut festival tersebut karena ada semacam ritual juga bagi kami untuk penyelenggaraan festival ini agar masa depan lebih sukses lagi," kata pembuat lampion Okugawa Tadashi (60) bersama beberapa karyawannya yang lain di Shimogyo-ku, Kyoto, sedang asyik membuat pesanan ribuan lentera tersebut.
Gion sendiri merupakan sebuah daerah di Kyoto dekat Kuil Yasaka, tempat para Geisha atau mereka lebih suka disebut Geiko.
Acara Gion Matsuri (Festival) ini sejak 1100 tahun lalu. Festival tahunan yang diadakan di Kyoto selama satu bulan penuh di bulan Juli. Perayaan dimulai pada tanggal 1 Juli yang ditandai dengan ritual Kippu iri (ritual yang menandai dimulainya Gion Matsuri) dan diakhiri ritual Nagoshinoharae (pembersihan diri atau purifikasi menyambut musim panas) pada tanggal 30 Juli. Puncak-puncak perayaan Gion Matsuri berupa Yoiyoiyama (malam sebelum Yoiyama, 15 Juli), Yoiyama (malam sebelum prosesi, 16 Juli), dan Yamaboko-junko (prosesi Yamaboko, 17 Juli).
Yamaboko adalah istilah untuk Yama dan Hoko. Yama adalah kendaraan beroda (float) besar dari kayu dengan hiasan megah dan ditarik oleh banyak orang. Hiasan kendaraan (kenshōhin) pada Yama berupa benda-benda keagamaan dan benda-benda seni seperti karpet yang didatangkan dari Eropa dan Tiongkok melalui Jalan Sutra. Perdagangan dengan Dinasti Ming mencapai puncaknya pada zaman Muromachi, sehingga motif dari luar negeri banyak dipamerkan dalam Gion Matsuri. Masing-masing Yama mempunyai tema yang biasanya merupakan cerita dongeng yang berasal dari Tiongkok.
Hoko adalah jenis Yama dengan menara menjulang tinggi yang di ujung paling atasnya terdapat hoko (katana dengan mata di dua sisi) walaupun ada juga Hoko yang tidak bermenara. Hoko juga dijadikan panggung untuk kelompok orang berpakaian Yukata yang terdiri dari pemain musik Gionbayashi dan peserta yang berkesempatan naik karena memenangkan undian hasil membeli Chimaki atau Gofu (semacam jimat). Musik Gionbayashi yang menurut telinga orang Jepang berbunyi "Kon-chi-ki-chin" baru menjadi tradisi Gion Matsuri pada zaman Edo.
Klimaks Gion Matsuri berupa prosesi Yamaboko berlangsung tanggal 17 Juli pagi di jalan Karasuma-dori, Shijō. Pada zaman sekarang, Yama dan Hoko yang ikut serta dalam prosesi berjumlah 32 buah. Prosesi Yama dan Hoko di jalan utama kota Kyoto dipercaya dapat mengumpulkan segala penyakit menular. Yama dan Hoko pulang ke lokasinya masing-masing setelah puncak perayaan selesai untuk segera dibongkar dan disimpan di gudang. Yama dan Hoko konon harus segera dibongkar sebelum penyakit menular kembali berjangkit di permukiman penduduk.
Gion Matsuri yang diselenggarakan secara bersama oleh kuil Ayatokunaka dan kuil Yasaka merupakan salah satu dari tiga festival terbesar di Kyoto bersama-sama dengan Aoi Matsuri (kuil Kamowakeikazuchi & kuil Kamomioya) dan Jidai Matsuri (kuil Heianjingū).
Gion Matsuri juga diselenggarakan di beberapa tempat di Jepang oleh berbagai kuil agama Shinto (jinja) yang menyandang sebutan kuil Gion (gion-sha). Di kota Fukuoka (Kyushu) setiap tahunnya di bulan Juli juga diselenggarakan Hakata Gion Yamakasa.
Kyoto Gion Matsuri adalah salah satu dari tiga festival terbesar di Jepang bersama-sama dengan Kanda Matsuri dan Tenjinmatsuri.
Sejarah
Pada tahun 869 konon terjadi wabah penyakit menular yang mengganas di seluruh Jepang, sehingga perlu diadakan upacara yang disebut Goryo-e untuk menenangkan arwah orang yang meninggal karena wabah penyakit menular.
Pendeta Shintō bernama Urabe Hiramaro membuat 66 pedang dengan mata di dua sisi (hoko) untuk persembahan kepada penjaga dari penyakit menular yang disebut dewa Gozutenno. Jumlah Hoko yang dibuat sesuai dengan jumlah negara-negara kecil (kuni) yang terdapat di Jepang pada saat itu. Upacara ini kemudian dikenal sebagai Gion Goryo-e, yang kemudian penyebutannya disingkat menjadi Gion-e.