Penasaran, Kim lantas mendatangi lokasi tempat gelandangan yang diduga ayahnya itu untuk memastikan.
Ketika kembali bertemu muka, Kim bisa memastikan gelandangan itu adalah ayahnya yang bertahun-tahun menghilang.
Namun, Kim harus menelan kembali hasratnya untuk berbicara banyak hal dengan sang ayah, demi membayar lunas utang kerinduan.
Sebab, sang ayah sama sekali tidak mengenali Kim. Pria yang melahirkannya itu menderita penyakit kejiwaan skizofrenia, gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah.
Kim tak mau menyerah dan kehilangan jejak sang ayah untuk kedua kali. Ia sabar setiap hari ke sudut kota untuk menemui sang ayah.
"Ayah menolak tinggal bersama saya. Ia juga tidak mau minum obat, makan, mandi, atau memakai salah satu baju yang saya bawakan. Tapi saya tak putus asa," tukasnya.
Suatu ketika, pria itu terserang penyakit jantung dan ditemukan terbaring di trotoar oleh seseorang.
Ia segera dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan hingga kembali sehat.
Sejak saat itulah, sang ayah bisa berkomunikasi secara baik dengan Kim.
Bahkan, sang ayah kekinian mulai mencari pekerjaan, menghabiskan waktu dengan teman-teman, serta berencana untuk mengunjungi keluarganya di Korea Selatan, seperti yang dikatakan Kim.
"Mengabadikan sebuah momen melalui lensa juga berarti mengabadikan perasaan saya juga. Tanpa kamera, mungkin saya akan merasa terlalu takut untuk mendekati ayah. Saya tidak mungkin bisa merasakan pengalaman yang sama jika saya tidak mempunyai tujuan untuk mendokumentasikan perjalanannya."
"Tujuan saya, sebelum bertemu ayah saya, adalah untuk memanusiakan mereka yang hidup di jalanan. Masing-masing dari mereka memiliki cerita, dan saya berharap dengan berbagi cerita akan memberikan sebuah perspektif yang baru," tutupnya.