TRIBUNNEWS.COM - Warga Inggris memprotes dan menuntut adanya pelarangan untuk pengembangan robot yang dapat digunakan dalam aktivitas seks.
Sebab, sekarang ini banyak produsen yang mengembangkan robot menyerupai wujud wanita nyata.
Selain itu, produk boneka-boneka seks juga tampil lebih mewah dan mahal.
Parahnya, beberapa perusahaan pun tengah menargetkan untuk menciptakan produk boneka dan robot seks dengan kecerdasan buatan.
Perusahaan True Companion, misalnya, menyatakan bahwa mereka kini tengah mengembangkan produk robot yang disebut sebagai robot seks pertama di dunia.
True Companion pun berjanji bahwa produk robot seks pertama yang diberi nama Roxxxy tersebut akan segera diluncurkan pada akhir tahun 2015 ini.
Namun, pengembangan produk robot seks tersebut dikecam keras.
Dr Kathleen Richardson adalah salah satu pihak yang memprotes pengembangan robot untuk aktivitas seks.
Pakar etika robot dari De Montfort University di Leicester, Inggris, tersebut menyatakan bahwa robot seks akan memperkuat stereotipe tradisional tentang kaum wanita.
Lalu, memunculkan pandangan bahwa hubungan yang harmonis hanya dilandaskan aspek fisik belaka.
"Robot seks tampaknya kini berkembang sebagai fokus dalam industri robot,".
"Model robot yang mereka kembangkan, bagaimana penampilannya dan peran apa yang akan dimainkan jelas sangat mengganggu,".
"Kami rasa penciptaan robot semacam ini akan berkontribusi pada hubungan yang rusak antara pria dan wanita, orang dewasa dan anak-anak, pria dan pria, serta wanita dan wanita," tegas Dr Richardson.
Paham bahwa mereka memperoleh kecaman dan tentangan, Direktur Utama True Companion, Douglas Hines, menyatakan bahwa ada permintaan riil terhadap robot seks seperti Roxxxy.
Hines pun melaporkan bahwa Roxxxy akan dijual dengan harga 4.530 poundsterling atau setara sekitar Rp 90 juta dan telah menerima ribuan pesanan dengan sistem pre-order.
"Kami tidak mengganti peran istri atau kekasih. Ini adalah solusi untuk orang-orang yang tengah berada di antara hubungan atau seseorang yang kehilangan pasangannya,".
"Orang-orang dapat dapat menemukan kebahagiaan dan pemenuhan hasrat selain melalui interaksi sesama manusia," terang Hines.
David Levy, pengarang buku berjudul Love and Sex With Robots meyakini bahwa pada tahun 2050 mendatang, hubungan intim antara manusia dengan robot akan menjadi hal yang lumrah dan lazim.
"Ada peningkatan jumlah orang yang mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dan ini (hubungan antara robot dengan manusia) akan mengisi kekosongan itu," jelas Levi.