TRIBUNNEWS.COM - Beberapa kawasan di Indonesia, Malaysia dan Singapura yang selama ini tertutup kabut asap akhirnya menikmati udara cerah setelah turunnya hujan lebat.
Beberapa wilayah di Thailand dan Filipina juga boleh bernafas lega, setelah selimut kabut asap selama hampir dua bulan mengancam kesehatan penduduk dan membuat banyak orang marah terhadap pemerintah Indonesia.
"Saya yakin kita semua di Singapura bangun pagi ini dan merasa sangat baik ketika mendapatkan langit biru lagi. Saya membuat potret ini dari kantor saya. Kita bisa melihat awan lagi!" tulis Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen di status Facebook miliknya.
Kebakaran hutan tahun ini berdampak pada kawasan yang cukup luas, ditambah lagi fenomena cuaca panas El Nino yang membuat kabut asap makin tebal dan tersebar kemana-mana.
Tadinya dikhawatirkan fenomena kemarau panjang bisa berlangsung selama berbulan-bulan, sebelum musim hujan datang. Dampak kabut asap pada kesehatan penduduk dan lingkungan sulit diredam.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hujan lebat yang baru saja turun di Sumatera dan Kalimantan berhasil secara dramatis mengurangi dampak buruk kabut asap.
Masyarakat yang terkena dampak "menyambut dengan gembira dan bersyukur setelah dua bulan disandera kabut", kata Sutopo dalam sebuah pernyataan.
Krisis kebakaran hutan dan kabut asap terjadi hampir tiap tahun di Indonesia. Pemerintahan selama bertahun-tahun gagal mengendalikan kebakaran dan pembakaran hutan.
Terutama industri kelapa sawit dituduh mengerahkan penduduk untuk membakar lahan hutan yang akan dikonversi menjadi lahan perkebunan.
Menteri Lingkungan Hidup Singapura Masagos Zulkifli mengatakan, Jakarta harus berbuat lebih banyak lagi untuk menghukum perusahaan-perusahaan perkebunan yang terlibat pembakaran hutan.
"Kita perlu mencegah perusahaan-perusahaan ini dari mulai pembakaran, mismanajemen tanah, dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat di kawasan," katanya.(Deutsche Welle)