Setelah dua penyewa baru dimasukkan oleh si fudosan, maka mulailah aksi dilakukan penyewa orang asing dengan membuat berisik kamarnya sendiri supaya tetangganya terganggu.
Misalnya sampai tengah malam dibuat ribut dengan pekerjaan di dalam kamar, getok-getok paku, musik kencang dan sebagainya.
Pemilik rumah menegor, orang asing pura pura tak mengerti. Hal ini berjalan terus sehingga penyewa di kamar lain akhirnya satu per satu ke luar dari rumah apaato tersebut mencari apaato lain.
Satu penyewa lagi orang Jepang melakukan pembuangan sampah di luar pintunya sehingga bau dan mengganggu tetangganya, kamar-kamar sebelah.
Hal tersebut juga mengganggu penyewa lain sehingga akhirnya semua ke luar dari apaato tersebut.
Sementara fudosan ketika ditanya apakah tak ada penyewa lain, menjawab memang belum ada. Ternyata kalau sang fudosan ditelpon, jawabannya tidak ada kamar yang kosong.
Lalu dua penyewa tersebut, satu orang Jepang dan satu lagi orang asing, ternyata hanya disuruh oleh pihak fudosan saja untuk mengganggu penyewa lain supaya ke luar.
Setelah keluar semua, pemilik rumah pasti akan kesulitan membayar bunga dan cicilan bank.
Pemilik rumah konsultasi dengan fudosan tersbeut, barulah saat itu sang fudosan memberikan saran agar dijual saja dengan harga murah karena harga rumah di sekitar itu juga jauh semakin menurun saat ini.
"Kalau dijual maka uang cepat kembali, bank bisa segera dilunasi dan bisa cari tempat tinggal sewa mungkin yang baik di tempat lain," kata sang fudosan.
Itulah cara halus kerja Yakuza Jepang beserta perusahaan fudosan (properti) di Jepang untuk menggeser si pemilik ke luar rumah dan menjualnya dengan harga murah. Setelah dibeli fusosan, dia akan menjualnya dengan harga mahal sehingga pada akhirnya dapat untung besar.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in