Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kelompok mafia Jepang (Yakuza) ternyata memang sangat pandai untuk mencari uang.
Terutama kalau sudah menyangkut uang besar, mulai judi, penjualan narkoba, dunia pelacuran, sampai kepada properti termasuk persewaan rumah tinggal, langsung putar otak luar biasa supaya bisa meraup untung besar.
Seorang mantan Yakuza menceritakan kisahnya kepada Tribunnews.com baru-baru ini bagaimana seorang pemilik apartemen (apaato) yang memiliki banyak kamar disewakan kepada para pendatang, akhirnya bisa dilepas, dijual murah kepada sebuah agen proterti (fudosan) yang di belakangnya sebenarnya anggota Yakuza untuk bisa dapat uang besar dari penjualan properti murah yang terpaksa dijual si pemiliknya.
Pemilik apaato biasanya membeli atau memiliki apaato karena pinjam uang dari bank. Berharap cicilan bank bisa dibayar dengan uang sewa yang masuk dari setiap kamar yang disewakan.
Semula memang ada beberapa kamar yang sudah tersewa, masuk masyarakat pendatang orang Jepang baik-baik ke sana.
Katakanlah dari 10 kamar kosong, lima kamar ternyata telah terisi dengan yang yang mau menyewa kamar/rumah. Tinggal 5 kamar lagi kosong.
Saat itu biasanya datang agen properti (fudosan) yang menawarkan untuk membantu mengisikan kamar-kamar yang kosong di sana.
Pemilik rumah teken kontrak khusus dengan fudosan sebagai agen yang akan menjualkan kamar-kamar yang kosong. Pihak lain (fudosan lain) tak boleh menjualkan kamar-kamar tersebut.
Pada awalnya masuk satu orang Jepang sehingga kini kamar terisi 6 buah.
Pemilik rumah senang karena fudosan tersebut dapat segera membawa tamu atau penyewa baru sehingga penghasilan uang sewa bisa masuk bertambah.
Lalu tak lama kemudian fudosan itu membawa pula orang lain kali ini orang asing.
Pemilik rumah semula menolak, tetapi berkat bujukan dan dukungan si fudosan terhadap orang asing tersebut, maka masuklah orang asing tersebut.
Berarti kini 7 kamar terisi dan dari segi penghasilan uang masuk si pemilik rumah semakin senang karena penghasilan terus bertambah.
Setelah dua penyewa baru dimasukkan oleh si fudosan, maka mulailah aksi dilakukan penyewa orang asing dengan membuat berisik kamarnya sendiri supaya tetangganya terganggu.
Misalnya sampai tengah malam dibuat ribut dengan pekerjaan di dalam kamar, getok-getok paku, musik kencang dan sebagainya.
Pemilik rumah menegor, orang asing pura pura tak mengerti. Hal ini berjalan terus sehingga penyewa di kamar lain akhirnya satu per satu ke luar dari rumah apaato tersebut mencari apaato lain.
Satu penyewa lagi orang Jepang melakukan pembuangan sampah di luar pintunya sehingga bau dan mengganggu tetangganya, kamar-kamar sebelah.
Hal tersebut juga mengganggu penyewa lain sehingga akhirnya semua ke luar dari apaato tersebut.
Sementara fudosan ketika ditanya apakah tak ada penyewa lain, menjawab memang belum ada. Ternyata kalau sang fudosan ditelpon, jawabannya tidak ada kamar yang kosong.
Lalu dua penyewa tersebut, satu orang Jepang dan satu lagi orang asing, ternyata hanya disuruh oleh pihak fudosan saja untuk mengganggu penyewa lain supaya ke luar.
Setelah keluar semua, pemilik rumah pasti akan kesulitan membayar bunga dan cicilan bank.
Pemilik rumah konsultasi dengan fudosan tersbeut, barulah saat itu sang fudosan memberikan saran agar dijual saja dengan harga murah karena harga rumah di sekitar itu juga jauh semakin menurun saat ini.
"Kalau dijual maka uang cepat kembali, bank bisa segera dilunasi dan bisa cari tempat tinggal sewa mungkin yang baik di tempat lain," kata sang fudosan.
Itulah cara halus kerja Yakuza Jepang beserta perusahaan fudosan (properti) di Jepang untuk menggeser si pemilik ke luar rumah dan menjualnya dengan harga murah. Setelah dibeli fusosan, dia akan menjualnya dengan harga mahal sehingga pada akhirnya dapat untung besar.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in