TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh pemimpin revolusi Bolshevik, Vladimir Lenin, sebagai biang kerok perpecahan Uni Soviet pada 1991.
Dilansir oleh The Guardian, Putin mengungkapkan bahwa cara-cara brutal dan represif yang Lenin dan pemerintahan Bolshevik terapkan menjadi 'bom waktu' bagi Uni Soviet.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Putin saat mengadakan pertemuan dengan para aktivis pro-Kremlin di Stavropol, Senin (25/1/2016).
Kritikan Putin ini dinilai cukup keras dibanding yang dilakukan presiden Rusia sebelumnya kepada Lenin.
Putin juga menuduh Lenin sebagai biang kerok perpecahan etnis di negara bekas Uni Soviet.
Dirinya mengkritik pemisahan yang dilakukan Lenin terhadap beberapa negara yang menjadi bagian Uni Soviet.
Putin bahkan menyebut kebijakan Lenin yang menerapkan sistem federal adalah salah satu penyebab perpecahan Uni Soviet pada 1991.
Sebelum pecah pada 1991, Rusia bernama Uni Soviet yang memiliki wilayah luas di Eropa Timur.
Uni Soviet terpecah menjadi beberapa negara yakni Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia , Kazakhstan, Kyrgyzstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.
Perpecahan Uni Soviet yang berpaham komunis menandai berakhirnya perang dingin antara negara tersebut dengan blok barat pimpinan Amerika Serikat.