TRIBUNNEWS.COM, MADAYA - Akibat kelaparan yang melanda sebuah kota di Suriah yang dikepung pasukan pemerintah, warga setempat sampai harus makan rumput.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (9/2/2016) menyebutkan sekitar 300 ribu warga sipil terjebak di kota Madaya, Suriah.
Namun, laporan itu disanggah oleh data organisasi bantuan Siege Watch, yang menyebutkan bahwa sesungguhnya ada sekitar 400 ribu penduduk sipil.
Kondisi terkepung itu membuat sumber makanan pun ikut terhambat dan warga setempat mengalami bencana kelaparan luar biasa.
Meski bantuan dari PBB sudah disalurkan, tetap saja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.
The Guardian saja mengabarkan persediaan makanan yang disalurkan oleh PBB pada Januari 2016 lalu sudah habis.
Badan dunia itu pun dituding kurang maksimal menangani masalah itu dan sering keliru dalam menyebutkan data warga yang menjadi korban.
Menurut Deutsche Welle, dikabarkan warga terpaksa mengonsumsi rumput dan memberikan obat tidur kepada anak-anak untuk menghalau rasa lapar.
"Hari ini saya makan rumput, supaya bantuan makanannya cukup untuk waktu yang lebih lama lagi," ucap seorang guru di Madaya, dikutip The Guardian.
Ia mengatakan banyak keluarga yang sudah kehabisan stok makanan yang didapat dari aliran bantuan.
"Dalam 10 hari ke depan, banyak dari kami yang sudah tak memiliki apa-apa lagi untuk dimakan," imbuh dia lagi.
Kelaparan yang kerap merenggut banyak nyawa itu disebabkan oleh operasi pengepungan pasukan di bawah komando Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Dikatakan pasukan itu mempraktekkan taktik "lapar atau menyerah", yang kemudian menimbulkan kelaparan di kota tersebut dan menjadi sorotan dunia.
Tak hanya pasokan makanan, aliran bantuan makanan pun kerap dihambat oleh pasukan tersebut, sebelum dari PBB akhirnya diloloskan. (The Guardian/Deutsche Welle)