TRIBUNNEWS.COM, ZAMBOANGA - Keluarga prajurit gugur dalam baku tembak dengan Abu Sayyaf, menuntut keadilan atas kematian para tentara itu.
Mereka meminta penjelasan soal bagaimana para tentara itu bisa meninggal secara tragis.
Bahkan, pihak keluarga mengaku mereka tidak diizinkan berbicara pada wartawan soal kematian 18 tentara itu pada Sabtu (9/4/2016) itu.
Sedangkan, otoritas setempat pun tidak menjabarkan secara jelas detail insiden baku tembak selama 10 jam itu dengan Abu Sayyaf.
"Kami menuntut keadilan. Sulit bagi kami untuk berbicara (pada wartawan) untuk sekarang ini," ucap istri Kopral Dionesio Labial, Lady Labial.
"Kami juga punya banyak pertanyaan soal ini di kepala kami. Sekarang kami hanya menuntut keadilan atas ini," katanya lagi.
Kopral Labial dan seorang prajurit lain bernama John Monte menjadi korban tewas dalam insiden tersebut.
"Suara saya sampai habis gara-gara terus menangis," kata ibu dari Monte, yang mengaku tak bisa menahan emosi saat melihat jasad putranya.
Sebelumnya diberitakan baku tembak lanjutan antara tentara Filipina dan militan Abu Sayyaf terjadi pada Senin (11/4/2016).
Aksi baku tembak terakhir ini menewaskan delapan militan Abu Sayyaf, menambah jumlah lima militan tewas pada baku tembak Sabtu (9/4/2016).
Sedangkan, pimpinan kelompok Abu Sayyaf, Furuji Indama, berkondisi kritis usai baku tembak pada Senin itu di Basilan, Filipina.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tim intel itu, Indama menderita cedera berat pada bagian kepala. (Inquirer/Anadolu Agency)