TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Usai seorang sandera Abu Sayyaf dieksekusi, pemerintah Filipina dinilai gagal dalam memberantas kelompok tersebut.
Hal itu disampaikan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Filipina, Mayjen (Purn) Ramon J. Farolan.
Menurut kutipan New York Times, Filipina selama ini gencar menyuarakan bahwa pihaknya berupaya tanpa henti menumpas kelompok Abu Sayyaf.
Namun, kekerasan dan penyanderaan semakin berlarut-larut terjadi.
Bahkan, negara-negara lain yang warganya berakhir menjadi korban Abu Sayyaf, seperti Indonesia dan Malaysia, sampai menawarkan bantuan militer.
Tetapi, Filipina bersikeras melancarkan operasi militer sendiri, hingga akhirnya penculikan berakhir dengan pemenggalan seorang sandera.
"Melihat masalah ini berlarut-larut terjadi, tampaknya pemerintah Filipina - tak hanya pemerintahannya, tapi yang sebelumnya juga - telah gagal mengakhiri penculikan bersyarat tebusan oleh Abu Sayyaf," katanya.
Sejumlah ahli dan tokoh politik lain juga mempertanyakan kredibilitas militer Filipina dalam menangani masalah itu.
"Kelompok itu merupakan perompak, bukan pemberontak, jadi harus ditangani secara segera dan tegas," ucap Wakil Presiden Filipina Jejomar Binay.
Ia pun mendesak agar upaya lebih dilakukan untuk membasmi kelompok Abu Sayyaf. (New York Times/Inquirer)