TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo diapresiasi karena berhasil membebaskan 10 WNI yang disandera oleh militan Abu Sayyaf Filipina.
"Ini sebuah prestasi dan patut kita apresiasi sebab sandera bebas dalam waktu yang tidak lama,'' kata Pengamat Intelijen Ridlwan Habib di Jakarta, Minggu (1/5/2016).
Dibandingkan dengan sandera lainnya, dia mengatakan pembebasan 10 WNI itu terbilang berjalan bagus sebab semua sandera selamat melalui sebuah negosiasi yang membutuhkan kesabaran dan kepiawaian.
"Jika kita melihat misalnya sandera asal Kanada berakhir dengan pemenggalan setelah tujuh bulan," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, kepolisian Filipina menyebut bahwa 10 WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf telah dibebaskan.
Kesepuluh sandera tersebut diantar ke rumah gubernur setempat, di Pulau Jolo, lokasi yang diduga menjadi tempat para sandera Abu Sayyaf ditahan.
"Beberapa orang tak dikenal mengantar 10 orang ABK kapal tunda itu ke rumah Gubernur Abdusakur Tan Jnr," kata kepala kepolisian Jolo, Junpikar Sitin.
Mereka dibebaskan pada Minggu (1/5/2016) tengah hari, di tengah hujan lebat.
Belum diketahui bagaimana keadaan para sandera tersebut, namun kesepuluhnya telah dijamu oleh Gubernur Sulu.
Sitin juga belum dapat memastikan pembebasan itu dilakukan atas pembayaran uang tebusan.
Pembebasan ini dilakukan enam hari setelah seorang sandera asal Kanada, John Ridsdel, tewas dipenggal akibat uang tebusan tak dibayar.
Kini, otoritas Filipina meyakini kelompok itu masih menahan 11 orang sandera.
Di antaranya adalah empat WNI, empat warga Malaysia, seorang warga Kanada, seorang warga Norwegia, dan seorang warga Belanda. (AFP/Inquirer)