TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Masyarakat Filipina, Senin (9/5/2016) telah memberikan suaranya di TPS guna memilih penerus Presiden Benigno Aquino yang akan turun dari jabatannya.
Calon Presiden Rodrigo Duterte (71), walikota Davao di Filipina selatan telah mengklaim kemenangannya dalam pemilu Filipina.
Setelah kampanye yang mampu membakar nasionalisme warga Filipina, Duterte tercatat memimpin suara terbanyak dari para pesaingnya berdasarkan data yang dirilis oleh PPCRV--jajak pendapat monitor dikelola gereja Katolik diakreditasi oleh pemerintah untuk perolehan suara.
"Dengan kerendahan hati, kerendahan hati yang luar biasa, saya menerima ini, mandat rakyat," katanya, sembari memekikkan platformnya, yakni hukum dan ketertiban adalah kunci untuk sukses sebuah pemerintahan.
"Apa yang saya bisa janjikan kepada Anda adalah bahwa saya akan melakukan yang terbaik, tidak hanya saat saya bangun, tetapi bahkan dalam tidurku."
Duterte, Walikota Davao, telah mampu menghipnotis jutaan masyarakat dengan janji kampanyenya untuk segera mencarikan solusi untuk bangsa dari dua masalah terbesar bangsanya.
Yakni, kejahatan dan kemiskinan, yang banyak diyakini telah memburuk meskipun pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Pemilihan tersebut diikuti oleh empat calon bertarung sengit termasuk mantan Menteri Dalam Negeri Manuel Roxas, yang disokong oleh presiden.
Tiga calon lainnya adalah Wakil Presiden Jejomar Binay, Senator Grace Poe dan Wali kota Davao Rodrigo Duterte.
Berdasarkan perhitungan suara Selasa (10/5/2016) pagi yang sudah mencapai 89% suara, tercatat Duterte memimpin 5,92 juta suara atas pesaing terdekatnya, Roxas.
Menurut data PPCRV, Duterte memperoleh 38.65% suara, Roxas pada 23.16% dan Senator Grace Poe di posisi ketiga dengan 21.71% suara.
Pesaing lainnya Poe sudah mengakui kekalahannya pada Selasa dini hari.
"Sebagai pendukung setia reformasi pemilu, aku punya keyakinan dalam suara dan sentimen masyarakat kita. Saya menghormati hasil pemilihan ini," kata Poe kepada wartawan di Manila.
"Saya mengucapkan selamat kepada Walikota Rodrigo Duterte. Dan saya janji akan mendukung dalam bekerja untuk mengembangkan tanah air dan untuk menyatukan semua warga negara agar terjadi perkembangan yang luar biasa di negara kita."
Nama Duterte menjadi sangat terkenal dan sangat tinggi surveinya karena sumpahnya akan membunuh puluhan ribu penjahat, ancaman untuk menetapkan aturan tegas jika pembuat undang-undang tidak taat kepada aturan dan menjanjikan untuk merangkul para pemberontak.
Di akhir masa kampanyenya pada Sabtu pekan lalu, Duterte mendapat dukungan penuh warga ketika berjanji akan mengakhiri kejahatan di Filipina dalam enam bulan mulai kepresidenannya.
"Lupakan undang-undang tentang hak asasi manusia," kata Duterte.
Duterte telah mengeluarkan beberapa pengakuan berani. Misalnya ia telah mengatakan bahwa dengan tangannya sendiri ia akan menaikkan bendera Filipina di tanah reklamasi yang dibuat oleh Cina di Laut Cina Selatan.
Pada saat yang bersamaan, ia juga telah mengatakan akan menjadi kisah yang berbeda jika Cina menyediakan bantuan dalam membangun infrastruktur.
Sulit mengetahui apa niatnya yang sebenarnya, dan mereka yang berada di sekelilingnya tergantung pada hasrat mendadaknya.
Ia telah disebut sebagai “Donald Trump Filipina” karena mengatakan pemikirannya secara terbuka.
Duterte telah menjadi populer terlepas dari pernyataannya yang kadang-kadang kontroversial dengan secara cerdas memainkan keinginan pemilih untuk membuat politisi segera menyelesaikan masalah seperti isu-isu yang terkait dengan keamanan. (The Guardian/AP/TIME/NHK)