Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebulan sudah bencana gempa di Kumamoto Jepang berlalu, hingga kini kondisi di Kumamoto tak banyak berubah.
"Kehidupan yang begini saja tak banyak berubah walah telah sebulan berlalu," ungkap Haruko Matsubaea kepada Tribunnews.com yang berkunjung ke Kumamoto, Minggu (15/5/2016) dalam rangka peringatan sebulan gempa Kumamoto di Kota Mashiki Kumamoto.
Hal serupa diungkapkan oleh Katsuo Yamada yang memperlihatkan rumahnya yang masih hancur seperti sebulan lalu.
"Saya hanya beres-beres saja dari yang rusak dan terbengkalai selama ini, tapi lelah juga dan rasanya tetap sedih sekali dalam sebulan ini," ungkap Yamada.
Keadaan yang masih sama tersebut menurut para korban untuk memperlihatkan bukti kepada pemda yang akan mencatat kerusakan tersebut agar dapat dibantu, baik mengenai pembersihan rumah hancur maupun kemungkinan dana bantuan dari pemda mengenai rumah yang hancur akibat gempa bencana nasional tersebut.
Di Desa Nishihara(mura) seorang wanita Jitsuko Hotta juga mengungkapkan tak banyak perubahan setelah sebulan ini.
"Hanya air dan lampu sudah bisa merasakan kembali belum lama ini, rasanya bahagia bukan main, tak perlu angkut air dari sumber mata air atau sungai yang jauh," ungkap Hotta.
Jumlah pengungsi akibat gempa bumi yang terjadi di Kumamoto dan Oita tersebut saat ini masih sekitar 180.000 orang tersebar di berbagai tempat pengungsian, bahkan ada yang tetap di mobilnya, atau menginap di rumah keluarganya.
Masih ada yang trauma dengan gempa susulan yang masih menggoyangkan Kumamoto sampai saat ini juga.
Bahkan jam 14.45 waktu Jepang hari ini, Senin (16/5/2016) masih terjadi gempa di Kumamoto dengan kekuatan 3,2 SR.
Kebanyakan warga tampak tidak mengasuransikan rumahnya karena rumahnya sudah tua. Namun dari pihak pemda tampaknya akan ada bantuan.
"Setidaknya kami butuh info secepat mungkin, kapan bisa tinggal di rumah sementara yang dibuat pemda, itu yang kami nantikan dan sampai saat ini belum ada kepastian sama sekali," kata para pengungsi yang dihubungi Tribunnews.com kemarin.
Seperti gempa nasional di Tohoku tahun 2011, ratusan rumah sementara dibuat oleh pemda untuk para korban bencana alam tersebut.
Untuk dua tahun pertama biasanya gratis, lalu tahun ketiga mulai bayar sekitar 40 persen dan seterusnya di tahun ke lima harus bayar sewa 100 persen.
Suasana masih sedih dan keprihatinan masih terlihat di wajah para pengungsi yang masih tetap menantikan kabar gembira dari pemerintah Jepang.
Namun untuk pelajar sejak 9 Mei lalu sudah mulai belajar ke sekolah kembali yang sempat menutup kegiatan belajar mengajar selama beberapa minggu setelah gempa 14 April lalu.
Pengumpulan dana sumbangan Kumamoto dan berbagai kebutuhan hidup masih dilakukan para pekerja sukarela sampai kini.
Namun terpenting bagi para pengungsi atau korban gempa adalah tempat tinggal sementara yang dibuat pemda Kumamoto, masih belum ada kepastian kapan bisa mereka tempati.