TRIBUNNEWS.COM, LAPLAND - Bulan Ramadan menjadi waktu untuk muslim di seluruh dunia menunaikan ibadah puasa.
Berpuasa dilakukan dari saat matahari terbit hingga matahari terbenam.
Namun, apa jadinya jika matahari terus terbit dan tidak tenggelam?
Pengalaman itulah yang dirasakan oleh seorang muslim bernama Mohammed dan keluarganya yang tinggal di Lapland, daerah Finlandia Utara.
Lapland merupakan daerah yang terletak di paling utara wilayah Finlandia, di mana matahari untuk sementara di musim panas ini tak terbenam.
Jika matahari dalam sehari tak terbenam, maka waktu berpuasa yang seharusnya diikuti di sana adalah 24 jam per hari.
Namun, Mohammed dan keluarganya merasa tentu tak mampu berpuasa secara penuh setiap hari di bulan Ramadan.
Jadi, keluarga Mohammed memutuskan untuk berpuasa dari pukul 3.00 hingga 21.00, atau selama 18 jam.
Itu berarti, mereka akan tetap berbuka di kala matahari masih tampak di langit.
"Banyak muslim di sini mengikuti jadwal puasa di Timur Tengah," jelas Mohammed.
Menurutnya, jadwal puasa yang biasa diikuti adalah jadwal puasa di negara Islam, seperti Turki.
Mohammed mengatakan jadwal puasa keluarganya tak akan lama seperti itu, terlebih mulai 8 Juli mendatang.
Sebab mulai tanggal itu, matahari akan mulai terbenam lagi di daerah itu, meski hanya selama 55 menit.
"Jadi, kami di sini akan mulai puasa pukul 1.35 sampai pukul 00.48, atau selama 23 jam lima menit," kata Mohammed lagi.
Artinya, Mohammed dan keluarganya hanya punya waktu kurang dari sejam untuk berbuka puasa.
Mohammed mengaku banyak kerabat dan rekannya di luar Filipina tak percaya ia dan keluarganya bisa berpuasa lebih dari 20 jam.
"Tapi, alhamdulilah, kami mampu saja melakukannya dan sejauh ini baik-baik saja," tuturnya.
Tak hanya di Finlandia, di sejumlah negara di belahan bumi bagian utara seperti Norwegia, Swedia, dan Greenland, juga mengalami hal serupa.
Hal itu membuat warga muslim di beberapa negara itu harus berpuasa selama lebih dari 20 jam. (Al Jazeera/GDN Online)