TRIBUNNEWS.COM, ORLANDO - Seorang warga Muslim yang bermukim di Kota Orlando, Amerika Serikat, Mahmoud El Awadi, mengaku sedih dan marah atas aksi terorisme yang terjadi di kotanya dan mengatasnamakan Islam.
"Ya, saya sedih, frustasi, dan marah. Orang itu mengaku Islam tapi melakukan hal yang sangat memalukan," kata Elawadi dalam unggahannya di jejaring sosial Facebook, seperti diberitakan laman People.
Pada hari Minggu, El Awadi menayangkan komentarnya di FB itu bersama dengan foto lengannya, saat mendonorkan darah.
Foto aksi donor darah El Awadi untuk korban penembakan di kelab malam Pulse, Orlando itu pun seketika menjadi viral.
El Awadi dalam bagian lain komentarnya menyebut, aksi ini adalah bentuk perlawanan atas kekerasan yang merenggut 49 nyawa dan melukai 53 orang lainnya hari itu.
"Komunitas kami di Florida sangat kecewa. Meski begitu, mari kita bersatu dengan meletakkan warna kulit, agama, suku, orientasi seksual, pandangan politik, ke dalam satu kesatuan. Mari kita bersatu melawan mereka yang mencoba melukai kita," tulis Al Awadi.
Dalam ceritanya itu pula, El Awadi menuturkan tentang apa yang dia lihat di rumah sakit ketika menyumbang darah.
"Anak-anak pun menjadi sukarelawan, membawa makanan, dan minuman untuk puluhan orang yang berdiri di bawah terik matahari dengan suhu lebih dari 33 derajat celsius, demi menyumbangkan darah bagi para korban," tulis dia.
"Terlihat pula para veteran memberikan darah dan wanita-wanita Muslim menyalurkan bantuan air dan makanan," sebut dia lagi.
"Kami tetap menyumbangkan darah sekalipun kami sedang berpuasa di bulan suci Ramadhan ini. Kami tak berbeda dengan ratusan orang lain yang menjadi donor di Orlando hari itu," sambung El Awadi.
El Awadi lantas menyerukan agar semua pihak bersatu melawan kebencian, terorisme, ekstrimisme dan rasisme.
Seperti yang diberitakan, antrean warga Orlando mengular untuk menyumbangkan darah pada Minggu, menyusul insiden penembakan yang dilakukan pemuda keturunan Afganistan, Omar Mateen.
Omar Mateen ditembak mati dalam penyergapan yang dilakukan aparat keamanan, setelah beberapa jam dia membabibuta dengan senapan di tangannya.
Sebelum melakukan perbuatan itu, Omar sempat menelepon sambungan 911 dan menyebut dia sebagai bagian dari kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). (Glori K. Wadrianto)