Diperkirakan, Bouhlel sedang merencanakan serangan besar yang lebih dasyat.
Sekalipun demikian, polisi belum menemukan kaitan Bouhlel dengan kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Polisi masih menyelidiki kemungkinan-kemungkinan lain.
Laporan terbaru yang dihimpun Daily Express, menyebutkan, pelaku serangan teror di Nice menyewa truk lori dua hari sebelum serangan di Provence-Alpes-Côte d'Azur ini.
Menurut laporan, Bouhlel telah memarkirkan kendaraannya di jalan selama sembilan jam sebelum serangan itu.
Ia mengatakan kepada polisi sedang mengirim es krim.
Bouhlel memiliki seorang anak berusia tiga tahun dan pernah tampil di pengadilan pada Maret lalu karena tindak kekerasan, tetapi tidak dirincikan jenis kekerasan yang dilakukannya.
Penyidik kepolisian telah menggeledah tempat tinggal Bouhlel di kawasan Abattoirs, Nice, yang diyakini sebagai rumah milik sang pembunuh itu.
Keluarga Bouhlel kini sedang dalam interogasi aparat kepolisian.
“Dia dikenal polisi karena kekerasan, dan penggunaan senjata, tetapi tidak terkait terorisme,” kata sebuah sumber.
"Kartu identitasnya ditemukan di dalam lori. Dia memiliki kewargaan Perancis dan Tunisia,” kata sumber tersebut.
Truk yang dikendarai Bouhlel memulai perjalanannya dari daerah perbukitan di luar kota, sebelum akhirnya masuk ke pusat keramaian di kota Nice.
Setelah mengetahui kawasan tempat tinggal pria asal Tunisia itu, polisi sedang melacak kemungkinan adanya peran orang lain dalam membantu aksi Bouhlel.
Polisi juga ingin mengetahui bagaimana dia membayar uang sewa truk dan dengan cara bagaimana dia mendapatkan truk lori itu.
Semua informasi yang belum terungkap itu akan membantu polisi untuk melacak jaringannya jika itu ada, ataukah Bouhlel hanya pemain tunggal.(Pascal S Bin Saju)