TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Kelompok Abu Sayyaf mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di kampung halaman Presiden Filipina Rodrigo Duterte, di pasar malam Kota Davao, Jumat (3/9/2016) malam.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor media DZRH pada Sabtu (3/9/2016) pagi, kelompok teroris itu mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang telah menewaskan 12 orang dan 24 lainnya luka-luka.
Radio DZMM juga melaporkan bahwa juru bicara Abu Sayyaf Abu Rami mengatakan bahwa kelompok mereka yang ada di balik serangan mematikan tersebut.
Ledakan bom itu terjadi tak lama setelah pemerintah mengumumkan akan berperang menumpas kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Hal ini setelah 15 tentara tewas oleh kelompok teroris saat kontak tembak sengit terjadi pekan lalu di Jolo.
Walikota Davao Sara Duterte-Carpio menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban yang tewas dalam ledakan Jumat malam.
"Saya juga ingin meyakinkan mereka semua, serta keluarga mereka yang terluka bahwa pemerintah Kota Davao akan membantu semua kebutuhan mereka untuk rawat inap, pemakaman. Saya minta maaf atas apa yang terjadi," ujar Carpio dalam sebuah pernyataan.
Walikota juga meminta masyarakat dan para pejabat untuk tetap waspada.
"Saya ingin mengingatkan pejabat lainnya untuk tetap dalam batas-batas tugas-tugas resmi mereka,"katanya. (AP)