TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Ratusan ribu perempuan melakukan demonstrasi di jalanan penjuru AS, memprotes Presiden AS Donald Trump.
Demonstrasi diikuti oleh mayoritas perempuan yang tergerak berpartisipasi dalam aksi Pawai Perempuan di sejumlah negara bagian AS.
Aksi Pawai Perempuan ini aslinya dilakukan terpusat di Washington, AS, Minggu (22/1/2017), menyusul pelantikan Trump, Jumat (20/1/2017).
Demonstrasi tersebut memprotes berbagai retorika kampanye Donald Trump dan kelakuan sang presiden yang dianggap merendahkan martabat perempuan.
Termasuk menjadi bahan protes adalah komentar dan kebijakan Trump yang mendiskriminasi kaum minoritas seperti imigran Meksiko dan muslim.
"Kami ingin pemimpin sejati, bukan tukang cuit yang buat ngeri," demikian sorakan para pendemo pada hari itu.
"Hei-hei, Donald Trump harus pergi," teriak sekelompok pendemo lain.
Pendemo aksi yang dimotori berbagai bintang dan tokoh perempuan AS ini membanjir di berbagai daerah, seperti New York, Los Angeles, Chicago, Denver, dan Boston.
Para pendemo yang kebanyakan adalah perempuan juga banyak yang mengajak suami, kekasih, atau anak-anak mereka.
Aksi tersebut juga diramaikan di media sosial, melalui tagar topik #WomensMarch dan #PussyPower, yang kemudian menginspirasi aksi Pawai Perempuan di negara-negara lain.
Atas komentar Trump yang sempat dihebohkan semasa kampanye soal ingin memegang alat kelamin perempuan, pendemo juga menyampaikan protesnya.
Banyak dari mereka yang mengenakan atribut bermodel alat kelamin perempuan dan membawa papan bertuliskan slogan-slogan kreatif soal pelecehan Trump terhadap perempuan. (Yahoo News/Reuters)