TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Ayah pria Mesir yang menjadi tersangka serangan pisau di Museum Louvre meyakini putranya tak bersalah dan tak pernah menunjukkan tanda-tanda radikalisme.
Reda El-Hamahmy, seorang jenderal polisi purnawirawan, mengatakan, dia secara teratur berhubungan dengan putranya yang bekerja sebagai manajer penjualan di Sharjah, Uni Emirat Arab.
"Dia pergi untuk urusan pekerjaan. Setelah urusannya selesai dia mengunjungi museum. Dia seharusnya pulang pada Sabtu ini," kata Reda, Sabtu (4/2/2017).
Sementara itu, para penyidik meyakini tersangka adalah pria Mesir berusia 29 tahun yang masuk ke Perancis dengan mengguunakan visa turis.
"Keterangan pemerintan Perancis tak masuk akal. Tinggi badan putra saya hanya 1,65 meter dan dia menyerang empat tentara? Dan pada akhirnya mereka tak menemukan apapun di tasnya," ujar Reda.
"Saya bisa menunjukkan foto saat dia tak berjenggot. Kami adalah keluarga moderat yang tak pernah mengusik urusan orang lain," tambah Reda.
Reda yakin pria yang ditembak tentara Perancis di Museum Louvre itu adalah putranya, Abdallah El-Hamahmy, yang sejak Jumat lalu tak berhubungan dengannya.
"Kemarin polisi datang dan menanyakan informasi tentang dia dan saya memberikan semua keterangan yang diinginkan polisi," tambah dia.
Abdallah sudah menikah dan istrinya yang sedang mengandung saat ini bermukim di Arab Saudi dengan putranya yang berusia tujuh tahun.