Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pembunuh Kim Jong Nam diperkirakan menggunakan gas VX yang dianggap sangat berbahaya di dunia dan dilarang keras di mana pun.
Sedikit saja gas ini kena kulit manusia langsung menimbulkan reaksi keras dan hanya beberapa menit membuatnya meninggal.
Lalu kenapa kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un tersebut harus dihabisi dengan demikian?
Mengutip dari media Jepang, NHK, Kamis (16/2/2017), Profesor Hideshi Takesada dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas Takushoku, Jepang mengulas tentang dugaan pembunuhan Kim Jong Nam di Malaysia.
Berikut kutipan langsung ulasan sang Profesor seperti dikutip dari NHK:
Takesada mengaku terkejut dengan kabar bahwa kematian Kim Jong Nam dianggap sebagai pembunuhan.
Karena menurutnya Korea Utara merasa tidak perlu untuk membunuh lelaki itu.
Jika para pemimpin Korea Utara ingin mengenyahkan setiap anggota keluarga yang dikhawatirkan mengancam rezim, maka Kim Jong Nam semestinya sudah dibunuh bersamaan saat paman Kim Jong Un, Jang Song Thaek, dieksekusi Desember 2013 lalu.
Tidak ada tanda-tanda bahwa Kim Jong Nam merasa hidupnya terancam.
Ia bisa dengan bebas bepergian tanpa menyewa penjaga keamanan.
Ia tampaknya menyadari dirinya tidak diterima Pyongyang karena pernyataannya ke media Jepang dirinya menentang suksesi warisan kekuasaan generasi ketiga.
Ia tidak menunjukkan ambisi politiknya dengan mengatakan tidak akan terlibat dalam politik dan rezim berkuasa.
Jadi Takesada menilai Kim Jong Nam merasa hidupnya tidak dalam bahaya.
Serangan terhadap Kim Jong Nam berlangsung di sebuah konter maskapai penerbangan murah.
Kim Jong Nam disebut-sebut sedang mengalami kesulitan keuangan mengingat aliran uang dari Korea Utara terhenti, sesuatu yang diduga Takesada dirancang Korea Selatan.
Jadi jika pria yang mewarisi DNA dari Kim Il Sung ini dalam kondisi rentan, maka mungkin akan menjadi kesempatan yang bagus bagi Korea Selatan untuk merangkul Kim Jong Nam.
Ia sepertinya tidak memiliki kekuatan politik, tetapi pembelotannya ke Korea Selatan mungkin menimbulkan pukulan bagi Korea Utara.
Beberapa tahun lalu, sekelompok pekerja restoran wanita Korea Utara di Cina dan seorang diplomat senior Korea Utara yang ditempatkan di Inggris membelot ke Korea Selatan.
Ada spekulasi yang berkembang di antara para pembelot Korea Utara bahwa dengan menciptakan pemerintahan dalam pengasingan di bawah kepemimpinan Kim Jong Nam maka cukup untuk bisa memicu keruntuhan rezim.
Jika Korea Utara benar-benar berada di belakang pembunuhan ini, Pyongyang mungkin merasa terancam.
Karena itu, terpaksa berupaya memotong hubungan antara Kim Jong Nam dan Korea Selatan. (NHK)