Raja Salman menjadi putra mahkota pada Juni 2012 setelah lebih dari lima dekade menjabat Gubernur Riyadh.
Pada Februari dan Maret 2014, Putra Mahkota Pangeran Salman mengadakan lawatan ke sejumlah negara Asia, yaitu Jepang, China, India, dan Pakistan.
Kunjungan putra mahkota Arab Saudi ke sejumlah negara Asia saat itu merupakan kunjungan pejabat tertinggi Arab Saudi ke Asia.
Sebelumnya, kunjungan pejabat tinggi Arab Saudi ke negara Asia hanya dilakukan pejabat setingkat menteri.
Setelah naik takhta sebagai raja pada 23 Januari 2015, Raja Salman melanjutkan hubungan dengan Asia, yang telah dirintisnya sejak masih menjabat putra mahkota.
Agenda lawatan Raja Salman ke Asia saat ini juga meliputi Jepang dan China. Raja Salman mengunjungi Jepang dan China dua kali dalam tiga tahun terakhir ini.
Hal itu menunjukkan nilai Jepang dan China yang cukup strategis bagi Arab Saudi dalam upaya mewujudkan Visi Arab Saudi 2030 itu.
Neraca perdagangan Arab Saudi-China tahun 2013 sudah mencapai 73 miliar dollar AS. Adapun neraca perdagangan Arab Saudi-Jepang pada 2013 mencapai 57 miliar dollar AS.
Tanpa kemitraan dengan Jepang dan China yang kuat, Visi Arab Saudi 2030 tampaknya tidak bisa maksimal. Ditambah pula, lawatan Raja Salman kali ini mencakup Malaysia, Indonesia, dan Brunei.
Selain masalah hubungan historis keagamaan, kekuatan ekonomi tiga negara mayoritas Muslim di Asia Tenggara itu juga cukup layak diperhitungkan Arab Saudi untuk mewujudkan visi pasca era energi.
Hubungan ekonomi Arab Saudi dengan tiga negara di Asia Tenggara tersebut saat ini masih belum apa-apa jika dibandingkan dengan hubungan ekonomi Arab Saudi dengan Jepang dan China.
Neraca perdagangan Arab Saudi-Malaysia pada 2016 baru mencapai 3,38 miliar dollar AS. Adapun neraca perdagangan Indonesia-Arab Saudi tahun 2014 mencapai 8,67 miliar dollar AS.
Kunjungan Raja Salman ke Kuala Lumpur sepertinya mengisyaratkan adanya peningkatan pesat hubungan ekonomi dua negara itu.
Hal itu dapat dilihat dari keputusan perusahaan minyak terkemuka Arab Saudi, Aramco, menanamkan investasi senilai 7 miliar dollar AS di Malaysia.