TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib melihat Inggris juga mengalami problem maraknya radikalisme di dalam penjara.
Pasalnya para mantan napi yang bebas bisa terus aktif di dalam kota London.
Beberapa jam setelah serangan beberapa portal berita Inggris menyebut Abu Izzudin sebagai dalang serangan.
Namun, Abu Izzudin atau Trevor Brooks masih berada di dalam penjara di London.
"Bisa saja itu simpatisan atau mantan napi yang pernah berinteraksi di dalam penjara. Problem penjara radikal di London mirip dengan Indonesia, " kata Ridlwan.
Direktur Riset Indonesia Terrorism Monitoring (ITM) itu menambahkan, para napi kasus teror atau radikalis tidak berubah meskipun di dalam penjara.
Sebaliknya, mereka justru makin radikal dan ilmu teknis terornya bertambah.
"Prisoner dilema ini juga dialami London, Indonesia hingga kini juga belum punya sistem yang ideal agar mantan napi terorisme bisa berubah, " kata Ridlwan.
Lebih lanjut kata dia, serangan teror di dekat Gedung Parlemen London, Inggris meniru serangan di Nice, Perancis dan Berlin Jerman.
Dalam serangan teroris di London, seorang polisi tewas tertusuk saat pelaku berupaya masuk ke Parlemen Inggris.
Pelaku juga menabrakkan mobilnya hingga mengakibatkan puluhan orang luka luka.
"Tipe serangannya meniru serangan di Nice Perancis dan Berlin Jerman, menabrakkan kendaraan untuk mendapatkan korban sebanyak mungkin, " ujar Ridlwan.
Kini tercatat, tiga warga sipil dan seorang polisi yang berjaga di depan gedung Parlemen Inggris tewas.
Sementara, jumlah korban luka pun membengkak dari data sebelumnya 20 orang menjadi 40-an orang.