TRIBUNNEWS.COM, ANTANANARIVO -- Perburuan batu safir membawa puluhan ribu orang masuk ke kawasan hutan hujan terpencil di sebelah timur Madagaskar, dan menodai area lingkungan yang dilindungi tersebut.
Kondisi tersebut mendorong keluarnya panggilan agar pihak militer terjun dan campur tangan untuk mengatasi persoalan ini.
Kondisi itu dipicu dengan penemuan safir berkualitas tinggi di daerah keanekaragaman hayati yang dikenal sebagai Koridor Ankeniheny-Zahamena. Temuan itu didapat dalam enam bulan terakhir.
Sebelum temuan ini pun, Madagaskar telah lama dikenal sebagai tempat ditemukannya banyak safir berkualitas dunia di seluruh penjuru negeri.
Hal itu diterangkan Vincent Pardieu, Gemologis asal Perancis yang telah mengunjungi tambang di negara itu sejak satu dekade lalu, dan terakhir berada di sana bulan lalu.
"Saya hanya bisa bilang, temuan tersebut besar," kata Pardieu, seperti dikutip Associated Press, Senin (3/4/2017).
Perdagangan batu mulia di seluruh dunia pun telah membuktikan betapa safir dari Madagaskar memiliki kualitas yang amat bagus, besar dan sangat jernih.
"Temuan itu merupakan capaian terpenting di Madagaskar sejak 20-30 tahun terakhir," kata dia.
Kini, puluhan ribu penambang dan pedagang batu mulia terjun ke kawasan hutan hujan di sekitar perkampungan Bemainty.
Dampaknya sangat dahsyat dalam merusak lingkungan. Para penambang membabat sekian banyak lahan di kawasan hutan yang dilindungi itu.
Kelompok Konservasi Lingkungan Internasional bersuara meminta pertolongan atas kondisi tersebut.
Bank Dunia menyebut, negara pulau itu terkenal dengan keanekaragaman hayati dan hutan lindung di daerah koridor timur adalah salah satu sumber daya Madagaskar yang paling berharga.
Koridor itu menjadi tempat bagi lebih dari 2.000 spesies tumbuhan yang tak ada di wilayah lain di dunia.
Selain itu, ada 14 spesies lemur yang populasinya di ambang kepunahan. Demikian data yang dilansir Kementerian Lingkungan, Ekologi, dan Kehutanan setempat.